Jakarta, Aktual.com – Guru Besar dari Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Cecep Eka Permana mengingatkan PT MRT Jakarta (Perseroda) untuk lebih berhati-hati saat mengeksekusi rute MRT fase 2A yaitu Bundaran HI – Kota karena di Kota masih banyak kemungkinan temuan arkeologi dari abad ke-16.
“Di Wilayah Kota ini justru harus hati-hati karena struktur wilayah Kota yang tua sekali itu pasti masih ada yang terpendam di dalam tanah sampai kedalaman lima meter pun masih ada struktur-struktur yang harus diperhatikan,” kata Cecep dalam webinar MRT Jakarta bertajuk ‘”Pelestarian Cagar Budaya Selama Konstruksi MRT Jakarta Fase 2″, Kamis (5/11).
Cecep memaparkan beberapa contoh temuan ekskavasi di kawasan Kota yang dilakukan timnya pada 2018 di Stasiun Kota, dengan tujuh titik yang digali pihaknya menemukan banyak temuan bahkan sampai ke dalaman empat meter.
Pada kedalaman empat meter di kawasan Kota Tua yang saat ini masuk ke wilayah kota Jakarta Barat itu terdapat saluran besar, struktur-struktur bangunan, hingga teknologi pembuatan bangunan yang diperkirakan berasal di antara abad 16 hingga abad 18.
“Kalau melihat sejarahnya memang pembangunan di kawasan utara memang lebih tua, bahkan sampai empat meter saja, kita masih temukan sub struktur. Baik itu struktur bangunan yang sekarang, masa lalu dan bahkan lebih tua lagi. Jadi, yang harus hati-hati karena daerah itu padat temuan-temuan yang lebih lama dari yang sekarang (kawasan Monas dan MH Thamrin),” kata Cecep.
MRT Jakarta dalam pembangunan fase 2A memang menghadapi tantangan untuk menjaga cagar budaya mengingat jalur yang dilalui memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim dalam webinar itu pun mengatakan MRT Jakarta tetap berkomitmen untuk menjaga cagar-cagar budaya yang nantinya ditemukan di sela-sela pembangunan fase 2A kereta cepat itu.
“Pembangunan memang tidak bisa dihindari. Tapi bukan berarti saat kita membangun, kita akan kompromi bangunan bersejarah atau objek cagar budaya,” ujar Silvia. (Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin