Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi VI dari Fraksi PDIP Darmadi Darianto mendesak agar  DPR segera melakukan percepatan pembentukan Panitia Kerja (Panja) Angkasa Pura II dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang.

Hal tersebut disampaikan Darmadi saat menanggapi adanya insiden ambruknya salah satu atap di Terminal 3 Ultimate Bandara Soetta baru-baru ini.

“Saya berharap Panja AP II segera direaliasasikan, sejumlah permasalahan yang terjadi di Terminal 3 sudah tidak bisa lagi ditolerir dan ini harus diungkap ke publik,”  ujar Darmadi di Jakarta, Sabtu (17/12/2016).

“Apalagi terakhir kemarin saat ada atap plafon di area kedatangan dekat pintu kantor Kesehatan Pelabuhan atapnya ambrol dan kejadian itu membuat kita semakin kecewa dan curiga,” tambahnya.

Karenanya, lanjut dia, semua persoalan di terminal 3 yang mulai beroperasi sejak 9 Agustus 2016 itu, perlu dilakukan audit investigatif.

“Harus ada audit investigatif terhadap kemungkinan adanya dugaan praktik-praktik koruptif sehubungan dengan kejadian-kejadian yang terjadi di Terminal 3, serta meminta pertanggung jawaban dari pihak Angkasa Pura II dan BUMN kontraktornya, yakni PT. Wijaya Karya,” tegas Bendahara Megawati Institute ini.

Menurutnya, untuk merespon kekecewaan publik terkait pembangunan terminal 3 yang diduga banyak persoalan, maka sudah seharusnya panja AP II komisi VI sesegera mungkin mulai bekerja.

“Harus segera direalisasikan, sesuai fungsi DPR, khususnya Komisi VI dalam pengawasan terhadap BUMN,” katanya.

Pasalnya, sambung dia, Komisi VI sudah mencurigai adanya dugaan ketidakberesan dalam pembangunan terminal yang diklaim sekelas Bandara Changi Singapura tersebut.

“Rentetan peristiwa yang menjadi persoalan mulai dari kurangnya daya listrik, genangan air setinggi 5 cm, minimnya kursi di ruang tunggu, atap ruangan officer in charge ambruk yang diduga kesalahan teknis saat renovasi dan terakhir atap plafon di area kedatangan dekat pintu kantor Kesehatan Pelabuhan. Semua itu semakin menguatkan dugaan ketidakberesan,” ungkap Darmadi.

Bahkan, kata dia, terkesan aneh dan lucu, saat ada statement atau klaim bahwa Terminal 3 Ultimate merupakan terminal bintang lima.

“Tidak masuk akal. Apalagi jika dikatakan sekelas bahkan kebih baik dari Bandara Changi Singapura. Semua hanya isapan jempol alias jauh panggang dari api jika dilihat dari kenyataan yang terjadi di terminal 3 Ultimate saat ini,” sindirnya.

Ia melanjutkan, yang patut dicurigai juga, yakni soal kualitas struktur bangunan terminal 3 Ultimate yang banyak menelan biaya negara hingga triliunan rupiah.

“Kalau diperhatikan dengan seksama, misalnya, interior dan tampilan terminal 3 Ultimate tersebut jauh dari kata layak dan pantas. Padahal biaya pembangunan terminal 3 tersebut sangat fantastis. Bayangkan biaya permeter perseginya saja sampai menelan biaya Rp 10 juta /M2,” beber Darmadi.

Jadi, terlalu jauh jika bicara kualitas terminal 3 Ultimate yang banyak habiskan anggaran negara jika dibandingkan dengan Bandara negara-negara tetangga seperti Singapura, Kuala Lumpur dan Bangkok.

“Kita tidak punya kebanggaan apa-apa, dan sangat kecewa terhadap kualitas pelayanan bandara Terminal 3 sebagai airport utama Republik Indonesia, kok seperti itu wujud bandara yang banyak habiskan uang negara tersebut,” tandas Legislator asal DKI Jakarta itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs