Jakarta, Aktual.com — Sebagai makhluk sempurna, manusia juga memiliki rasa cinta. Sebuah rasa yang jika benar-benar dilandasi iman akan menghadirkan kekuatan ‘super dahsyat’ yang mampu menjadi motor penggerak perubahan.
Cinta yang tumbuh karena iman adalah bahtera terbaik untuk sukses mengarungi samudera kehidupan di dunia dan akhirat. Demikian pula dengan cinta antara Nabi Ibrahim AS dengan Siti Hajar, Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Khadijah, serta cinta Sayyidina Ali dengan Fatimah Az-Zahrah. Itulah mengapa Islam sebagai sebuah peradaban memandang cinta sebagai perkara utama.
Tidak salah jika kemudian muncul ungkapan bahwa, peradaban juga dimulai dari ranjang. Karena Islam sebagai agama tidak melewatkan satu perkara pun dalam kehidupan ini. Melainkan telah mengaturnya dengan sedemikian rupa, termasuk dalam perkara bercinta.
Bahkan jauh sebelum ke ranjang, setiap Muslim harus benar-benar teliti, cermat, dan cerdas dalam menentukan siapa pasangan yang tepat dalam kehidupannya. Sehingga semakin kokoh keimanan, semakin kuat ketakwaan, dan semakin menggelora ketaatan dalam menapaki jalan kebenaran. Inilah cinta yang benar.
Rasulullah SAW menjelaskan, bahwa ada empat syarat utama untuk melihat calon pasangan. Mulai dari kecantikan, keturunan (nasab), kekayaan, hingga keyakinan (agama). Dan, dari semua kriteria itu, keyakinan (agama) adalah yang utama harus diprioritaskan.
“Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, niscara engkau beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ustad Muhamad Ikrom mengatakan, bahwa adab serta tata cara jima’ atau bersenggama (hubungan intim) yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
“Untuk hal ini mungkin beberapa dari kita sudah mempelajarinya ketika berada di Pondok Pesantren, karena hampir seluruh pesantren mengajarkan hal ini khususnya untuk santri yang akan lulus dari pondok pesantren tersebut,” kata Ustad Ikrom, kepada Aktual.com, di Jakarta, Jumat (19/02).
“Ada 10 tata cara jima’ atau bersenggama berdasarkan Islam, dan ini harus selalu kita lakukan sebelum melakukan jima’ tersebut. Karena selain bermanfaat ini juga yang membedakan kita dengan makhluk Allah SWT yang lain. Apa bedanya kita sama kambing jika kita langsung melakukan jima’ tanpa melakukan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW,” seloroh ia menambahkan.
1. Bersihkan diri dan berwudu
Mengkondisikan tubuh bersih (dengan mandi dan gosok gigi, red) adalah bagian dari adab jima’ sekaligus membuat pasangan lebih tertarik. Sebaliknya, tubuh yang tidak bersih cenderung mengganggu dan menurunkan daya tarik.
Abu Rafi’ Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari pernah menggilir istri-istri Beliau. Beliau mandi tiap kali selesai berhubungan bersama ini dan ini. Aku bertanya, “Ya Rasulullah SAW, bukankah lebih baik Engkau cukup sekali mandi saja?” Beliau menjawab, “Seperti ini lebih suci dan lebih baik serta lebih bersih.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
2. Memakai parfum atau wewangian
Wewangian merupakan salah satu sunah Nabi. Beliau bersabda, “Empat macam di antara sunah-sunah para Rasul yaitu, berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah.” (HR. Tirmidzi).
“Bagi istri, memakai parfum atau wewangian yang dianjurkan adalah saat-saat seperti ini, bukan pada waktu keluar rumah yang justru dilarang Rasulullah SAW,” kata ia menambahkan.
“Perempuan manapun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya maka dia seorang pezina.” (HR Ahmad).
“Yang perlu diperhatikan di sini ialah, aroma atau jenis wewangian yang dipakai hendaknya yang disukai suami atau istri. Sebab, ada suami atau istri yang tidak menyukai aroma wewangian tertentu. Wewangian yang tepat membuat hasrat suami atau istri semakin meningkat,” sambungnya.
3. Salat dua rakaat
Adab ini terutama bagi pengantin baru. Sebagaimana Atsar Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu yang menasehati pengantin baru agar mengajak istrinya salat dua rakaat terlebih dahulu ketika memulai malam pertama. Bersambung…
Artikel ini ditulis oleh: