Jakarta, Aktual.com —  PT Adaro Energy Tbk menargetkan dapat membangun setidaknya tujuh proyek PLTU berbahan bakar batu bara dengan kapasitas total 8.600 MW dalam beberapa tahun mendatang.

“Ke depan, kami akan banyak mengerjakan proyek pembangkit litsrik. Ini sesuai dengan visi saya 5-6 tahun lalu. Nantinya, Adaro akan berkembang menjadi perusahaan dengan tiga bisnis inti yakni tambang, logistik, dan pembangkit,” ujar Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir di Jakarta, Rabu (24/6).

Menurut dia, dari PLTU 8.600 MW itu, sebanyak 2.800 MW di antaranya sudah pasti dikerjakan Adaro yakni PLTU Batang, Jateng 2×1.000 MW, PLTU Mulut Tambang Tanjung, Kalsel 2×100 MW, dan PLTU Mulut Tambang Kaltim 2×300 MW.

Proyek PLTU Batang 2×1.000 MW dikerjakan Adaro bersama J Power dan Itochu melalui perusahaan patungan, PT Bhimasena Power Indonesia (BPI).

Saat ini, proyek PLTU Batang sedang memasuki tahap akhir pembebasan lahan dengan target konstruksi pada akhir 2015 atau awal 2016. Sedang, PLTU Tanjung, Adaro berkonsorsium dengan Korean East West Power membentuk PT Tanjung Power Indonesia (TPI).

Proyek mulut tambang itu juga ditargetkan mulai konstruksi akhir 2015 atau awal 2016.

Sedang, PLTU Mulut Tambang Kaltim 2×300 MW, Adaro berkongsi dengan perusahaan China, Shenhua Overseas Development and Investment Co Ltd.

Sementara, lanjut Boy, dua proyek lainnya berkapasitas 1.800 MW sedang dalam proses tender yakni PLTU Sumsel 9 2×600 MW dan Sumsel 10 1×600 MW.

“Saat ini, sedang menunggu penetapan pemenang lelang dua PLTU mulut tambang itu yang kemungkinan pada Agustus ini. Mudah-mudahan kami memang,” ujarnya.

Menurut dia, pihaknya optimistis memenangi tender PLTU Sumsel karena memiliki cadangan batubara yang cukup untuk memasok kebutuhan pembangkit dengan volume sekitar tujuh juta ton per tahun selama 30 tahun.

“Dengan demikian proses ‘financial close’ pasti akan selesai,” ucapnya.

Boy juga menambahkan, beberapa tahun lalu, porsi tambang masih mendominasi bisnis Adaro dengan 95 persen dan 5 persen nontambang.

Namun, sekarang komposisi berubah menjadi 63 persen tambang dan 37 persen nontambang yang terdiri atas 32 persen logistik dan lima persen pembangkit.

“Ke depan, porsi pembangkit akan semakin besar,” tambahnya.

Saat ini, Adaro baru memiliki satu PLTU di Tanjung, Kalsel berkapasitas 2×30 MW untuk memenuhi kebutuhan tambang dan sisanya sebagai ekses listrik.

“Saat ini, sebagian besar daya listrik PLTU dimanfaatkan untuk melistriki daerah setempat. Ini juga sesuai visi saya untuk mengatasi ‘shortage’ (kekurangan) daya di Kalsel,” kata Boy.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka