Sekjen Pena 98 Adian Napitupulu (tengah) bersama Dewan Pembina Garda Tani PKB Kiky Rizky Oktavian (kiri) dan Wakil Ketua DPD Gerindra Sulawesi Selatan Yervis M Pakan (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan saat menggelar konferensi pers di Sekretariat Posko Perjuangan Rakyat (Pospera), Jakarta, Sabtu (25/6). Dalam pernyataannya Pospera meminta Teman Ahok untuk menghentikan kekerasan verbal yang terjadi dan meminta maaf karena Pospera bukan merupakan sayap partai. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Politisi PDI-Perjuangan Adian Napitupulu memprediksi perjalanan TemanAhok akan berakhir anti klimaks. Janji-janji manis yang telah diumbar, serta aksi-aksi kebohongan yang telah dilakukan malah menjadi blunder baru bagi Ahok.

Menurutnya, TemanAhok tidak layak dipercaya karena berlaku bohong dan terbiasa melakukan aksi manipulasi, sehingga TemanAhok layaknya suatu film fiktif dan tidak rasional.

“Rekayasa lahirnya lima super hero muda yang tidak pernah berlatih politik, sama seperti menonton film tentang anak muda culun yang tiba-tiba jadi superhero karena di gigit laba-laba yang teradiasi. Film yang enak ditonton tapi sungguh tidak layak dipercaya apalagi diikuti,” kata Adian Napitupulu dalam keterangan yang diterima Aktual.com, di Jakarta, Selasa (12/7).

Dikatakan lebih lanjut, hal yang tidak rasional dari TemanAhok yang terdiri dari sekumpulan lima anak muda yang tidak mengerti bisnis, tapi dengan tiba-tiba sanggup mengelola modal 500 juta menjadi berlipat 1.300 persen dalam waktu 1 tahun. Belum lag tindakan yang sulit dipercaya, pengumpulan 770.000 KTP dalam 8 bulan lalu dibakar, kemudian mengumpulkan lagi 1 juta KTP baru lengkap dengan Formulir bertanda tangan hanya dalam waktu 90 hari, tentu merupakan cerita heroik dengan kebohongan.

“TemanAhok merayakan perolehan satu juta KTP tanggal 20 Juni, tapi lucunya hitung manual baru mereka lakukan tanggal 29 Juni, 9 hari kemudian. Nah loh, mana yang bohong, perayaan yang bohong atau hitung manualnya yang bohong? Kalau boleh mengilustrasikan, ini mirip kisah gadis ABG yang lugu dan polos. Kemudian datang germo yang menjanjikan mereka panggung penuh kilatan blitz kamera. Sang Germo memberi mimpi bahwa setelah populer maka uang segera menyusul,” tukas Adian.

Namun kata Adian, buah simalakama telah dipetik dan tak mungkin direkat lagi ketangkainya.
“Dimakan, Ibu mati, namun tidak dimakan, bapak yang mati. Satu juta KTP sudah di klaim, sulit meralatnya, walau aneh, kok bisa Ahok justru menjadi ragu ketika satu juta KTP dari syarat minimal 525.000 KTP justru sudah ada,” hardiknya.

Keanehan muncul ketika Ahok mulai berfikir ikut jalur partai disaat klaim 1 juta KTP sudah di buatkan pestanya. Inilah menjadi blunder bagi Ahok. Keraguan Ahok lewat jalur independen dengan menggunakan KTP membuat Rakyat berfikir, kenapa harus ragu jika dari 1 juta KTP itu tidak ada yang palsu.

“Aneh, saat Teman Ahok baru 5 orang, Ahok sangat yakin, tapi ketika Teman Ahok dengan ilmu Sun Go Kong nya bertambah berlipat jadi 1 juta kenapa yang muncul justru keraguan,” kritik Adian.

Menurut Adian, jika nanti secara resmi Ahok memilih jalur Partai, maka Tan Ahok mesti bersiap-siap untuk merubah wajahnya menjadi ‘Muka Tembok’ yang tahan malu, yakni sama persis seperti muka tembok politisi politisi yang selama ini dibenci dan dicaci maki oleh Teman Ahok.

Adapun beberapa pilihan sikap Teman Ahok nantinya, pertama; Teman Ahok setujui Ahok dari jalur Partai tapi Teman Ahok harus rela dicaci maki, dihina-dina dan dibully para penyumbang dana dan pemberi KTP.

Atau kemudian, Teman Ahok konsisten tidak setuju Ahok ikut jalur partai dan Teman Ahok memilih jadi golput dan meminta 1 juta pemilik KTP yang dikumpulkan untuk ikut Golput.

Sementara pilihan ke tiga; Teman Ahok setuju Ahok dari jalur Partai tapi Teman Ahok dengan muka tembok harus berani mengakui bahwa KTP yang terverifikasi tidak sampai 500 ribu dengan demikian syarat Independen tidak terpenuhi.

Adapun terakhir; Teman Ahok setuju Ahok dari jalur Partai. Teman Ahok tetap menahan malu tapi Heru sang calon wakil yang harus dimundurkan sehingga pencalonan Independen yang mensyaratkan pasangan Cagub dan Cawagub tidak bisa dilakukan.

“Dari pilihan-pilihan itu, yang pasti menjadi korban adalah Rakyat yang sudah percayakan KTP nya. Yang pasti menjadi korban adalah Demokrasi yang konon diperjuangkan oleh Teman Ahok. Apapun yang kelak akan dipilih, korban pasti ada karena Buah Simalakama telah dipetik, tak mungkin direkatkan lagi ketangkainya. Tak mungkin tak ada korban,” pungkas Adian. (Dadangsah)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka