Pengerjaan gedung 16 lantai yang akan digunakan untuk kantor lembaga anti rasuah itu telah memasuki tahap akhir. Gedung tersebut mulai dibangun sejak Desember 2013 dengan nilai kontrak Rp195 miliar direncanakan memiliki 70 ruang pemeriksaan dan gedung penjara yang mampu menampung 50 orang, 40 pria dan sepuluh wanita.

Jakarta, Aktual.com — Senior Manager Peralatan PT Pelindo II (Persero), Haryadi Budi Kuncoro menutup mulutnya rapat-rapat saat dikonfirmasi sejumlah pertanyaan terkait kasus dugaan korupsi pengadaan 3 unit Quay Container Crane di PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) pada 2010 silam.‎

Haryadi, yang ditemui usai menjalani pemeriksaan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (19/2), tidak berkata apapun saat ditanya ihwal kasus yang menjerat mantan Direktur Utama PT Pelindo II, RJ Lino.

Pria yang diketahui adalah adik kandung mantan komisioner KPK Bambang Widjojanto itu, keluar dari dalam gedung sekitar pukul 20.20 WIB. Dengan mengenakan kemeja biru garis-garis dan topi berwarna hitam, Haryadi terlihat jalan menunduk dan memilih keluar dari pintu samping gedung KPK.

‎Tidak satu pun pertanyaan dijawab dia bertubuh gemuk itu. Pun termasuk saat dikonfirmasi ihwal kepergiannya ke ‎Wuxi Huadong Heavy Machinery Co. Ltd di China atas perintah RJ Lino.

Hanya senyum yang terlihat dari wajah Haryadi, sampai ketika masuk ke kendaraan pribadinya, ‎mobil Toyota Avanza hitam bernomor polisi B 1507 URP yang ter parkir di samping gedung KPK.

Pada 9 Februari 2016, Haryadi diketahui juga pernah menjalani pemeriksaan di gedung KPK, sebagai saksi untuk tersangka RJ Lino. Tentunya, terkait dugaan korupsi pengadaan QCC.

KPK sendiri diduga kuat menggali soal pengadaan peralatan di PT Pelindo ll dari Haryadi. Mengingat posisi Haryadi merupakan Senior Manager peralatan, yang diyakini tahu betul soal pengadaan QCC itu.

KPK sebelumnya menduga ada penyimpangan terkait pengadaan 3 unit QCC di PT Pelindo ll Tahun Anggaran 2010, yakni penunjukkan langsung yang dilakukan oleh RJ Lino selaku Dirut Pelindo II. RJ Lino diduga telah menunjuk langsung perusahaan dari China, Wuxi Huadong Heavy Machinery Co. Ltd (HDHM), sebagai penyedia 3 QCC tersebut.

Ada berbagai penyimpangan yang diduga dilakukan oleh mantan anak buah Menteri Rini Soemarno itu. Selain penunjukan langsung, pelanggaran dalam pengadaan tersebut adalah soal spesifikasi alat hingga anggaran pemeliharaan yang kabarnya di mark-up.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby