Para pemberontak telah menjarah kamp kemanusiaan, menyerang tenda pengungsian dan prasarana kesehatan dibeberapa daerah konflik di seluruh negeri dalam beberapa bulan belakangan, memaksa banyak kelompok bantuan untuk menangguhkan sementara pekerjaan mereka dan menarik balik para pekerjanya.
“Republik Afrika Tengah sama sekali tidak diragukan lagi sebagai negara berbahaya bagi pekerja bantuan,” kata Joseph Inganji, Direktur OCHA untuk negara itu.
“Kami prihatin dan sedih karena kami tidak dapat menjangkau begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan akibat kekerasan.”
Sejauh ini, 82 pekerja bantuan kemanusiaan di seluruh dunia tewas dan 64 lagi terluka atau diculik, dengan 18 orang yang tewas berada di Afrika Barat dan Tengah, menurut Data Pekerja Bantuan Keamanan. Pada 2016, 109 pekerja bantuan tewas, 110 lagi terluka dan 68 orang diculik dalam krisis di seluruh dunia.
Majelis Umum PBB pada 2008 menetapkan 19 Agustus setiap tahunnya sebagai hari peningkatan kesadaran akan pekerja bantuan, mengenang mereka yang telah tewas saat berada di lapangan, dan mengingat sebuah peristiwa pada 2003, ketika 22 orang tewas dalam sebuah serangan bom di kantor PBB di Irak.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu