Bahwa sebelum ada bangsa ini di Nusantara, ditanah Nusantara ini telah ada suatu bangsa yang sangat tinggi peradaban dan budaya serta penguasaan teknologi saat itu, disebut bangsa LeMuria, yang konon merupakan bangsa yang ada sebelum bangsa Atlantis, yang oleh para ahli berkaitan dengan wilayah disekitar gunung Muria di Kudus Jawa tengah yang merupakan pusat peradaban tersebut yang hidup diperkirakan pada sekitar 75 000 – 11 000 sebelum masehi.
Para ahli meyakini berdasarkan penelitian geologi, ada daratan yang bernama “Argolen” sebutan atas benua besar yang terpisah dari Australia Barat dan menghilang, yang merupakan satu misteri terbesar di dunia Geologi yang akhirnya sedikit terpecahkan dimana Argolen Benua yang hilang yang menjadi kunci untuk menjelaskan asal usul keanekaragaman Fauna di Indonesia, yang artinya Indonesia dulu bukan merupakan negara kepulauan tapi sebuah daratan benua besar yang terpecah karena pergeseran lempeng bumi dan adanya banjir besar karena mencairnya kutub utara, dan ini siklus ribuan tahun yang diyakini akan kembali terjadi karena merupakan hukum alam.
LeMuria sendiri adalah benua hopotetis yang diusulkan oleh ahli Zoologi Philip Sclaters pada tahun 1864 yang berteori tenggelamnya sebuah benua dibawah Samudera Hindia yang kemudian teory ini diambil alih dan dijabarkan oleh ahli okultis dengan teory nya asal usul manusia. Hal ini agar para pembaca mempunyai gambaran yang jelas, tentang kondisi sebelum negeri ini terpecah menjadi ribuan pulau pulau.
Bahwa menyangkut agama dan kepercayaan dari orang orang Nusantara pada umum nya dan Jawa khususnya telah disepakati oleh para sejarawan dan para ahli sosiologi bahwa pada jaman kuno masyarakat Jawa menganut kepercayaan Animisme dan dinamisme, padahal yang terjadi sesungguhnya dari kepercayaan Animisme dinamisme tersebut masyarakat Jawa saat itu telah memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan yang bersifat tak terlihat (Ghaib) yang sangat besar dan menakjubkan. Yang dalam perkembangannya agama orang Jawa tersebut disebut agama “Kapitayan” yaitu agama kuno yang diyakini oleh orang Jawa sebelum datang nya atau masuknya agama Hindu dan Budha dari tanah Hindustan India, pada abad ke 2 masehi, dengan adanya kerajaan tertua pertama di pulau Syang Yang Sirah (kepala) yaitu Kerajaan SalakaNagara. Diujung kulon lalu bergeser ke timur di Priangan dengan nama Taruma Nagara. Tuhan agama Kapitayan sendiri disebut “Sang Hyang Taya” yang mana Taya sendiri bermakna kosong atau suwung, Awang awung, kesunyatan yang dalam agama agama besar dari Samawi disebut Tuhan Allah, yang berdiri sendiri tanpa wujud yang merupakan Dzat yang Esa, yang kekuasaan nya meliputi seluruh alam semesta, dimana sesungguhnya mempunyai makna yang hampir sama, beda nya dari agama agama besar baik Islam, Kristen, ditulis dalam Kitab suci secara Dogmatis, sedang agama Jawa kuno Kapitayan merupakan ajaran leluhur yang turun temurun tanpa dibukukan dalam sebuah kitab yang dianggap firman Illahi.
Pembawa dan penyebar agama Kapitayan menurut keyakinan para penganut nya adalah Dang Hyang Semar, keturunan dari Sang Hyang Ismoyo yang berasal dari bangsa LeMuria yang dianggap Nabi nya orang Jawa dari sejak jaman Jawa kuno hingga kini masih diyakini yang dulu berdiri dan bersemayam dipusat pemerintahan nya di Jawa disekitar gunung Muria hingga gunung Lawu di Jawa Tengah.
Secara Etimologi kata Kapitayan merupakan istilah berasal dari Jawa kuno yang memiliki kata dasar “Taya” (huruf caraka kuno) yang berarti tak terbayangkan tak terlihat dan mutlak benar.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano














