Jakarta, Aktual.com — Umat muslim di Tolikara, Papua tak mengikuti hari raya Idul Fitri 1946 Hijriah. Pasalnya, tempat ibadah mereka tidak bisa digunakan karena dibakar oleh sejumlah orang. Pembakaran itu pun merembet ke puluhan kios di wilayah itu.

Untuk mengantisipasi insiden itu tak melebar kemana-mana, Polda Banten pun meminta seluruh umat muslim, khususnya di wilayah Provinsi Banten tidak terprovokasi dan melakukan aksi pembalasan atas terjadinya peristiwa pembakaran musala di Tolikara, Papua beberapa hari lalu.

Kepala Kepolisian Daerah Banten Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, jika umat muslim terprovokasi atas insiden itu, maka hal tersebut akan menguntungkan kelompok separatis. “Ini memang bukan gerakan murni agar Papua terpisah dari Indonesia, namun jika tragedi ini berlanjut dan semakin besar, bisa dijadikan alasan agar negara lain mendorong pemisahan wilayah tersebut, dan ini yang diinginkan oleh kelompok separatis tersebut,” ujar Boy di Jakarta, Selasa (21/7).

Boy mengatakan, saat ini pihak kepolisian terus menyelidiki motif kerusuhan tersebut. Salah satunya mendalami surat edaran dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara.

Mengantisipasi hal serupa, tokoh masyarakat di Banten Embay Mulya Syarif pun melakukan pertemuan dengan ulama dan pimpinan pondok pesantren. Para ulama sepakat agar masyarakat tetap menjaga toleransi beragama yang selama ini sudah terbangun baik di Provinsi Banten.

“Saya yakin kerusuhan seperti di Tolikara tidak akan terjadi di Banten, bukan hanya karena toleransi masyarakat kita yang tinggi, namun karena masyarakat kita masih memegang teguh prinsip agama Islam yang menyebutkan untukmu agamamu dan untukku agamaku,” kata Embay.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu