Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (kedua kiri) berbincang dengan penasehat hukumnya saat menjalani sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama di PN Jakarta Utara, Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (29/3). Sidang ke-16 itu beragendakan mendengarkan keterangan dari tujuh saksi ahli yang dihadirkan pihak penasehat hukum. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./aww/17.
Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (kedua kiri) berbincang dengan penasehat hukumnya saat menjalani sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama di PN Jakarta Utara, Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (29/3). Sidang ke-16 itu beragendakan mendengarkan keterangan dari tujuh saksi ahli yang dihadirkan pihak penasehat hukum. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./aww/17.

Jakarta, Aktual.com – Ahli psikologi sosial, Risa Permana Deli berpendapat bahwa pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menyinggung surat Al Maidah ayat 51 saat berada di Kepulauan Seribu, akhir September 2016 lalu, diutarakan atas dasar pengalaman.

Risa menilai kampanye menggunakan surat Al Maidah ayat 51 terbukti efektif menggagalkan Ahok dalam kontestasi politik. Jika saja kampanyenya gunakan lagu Bengawan Solo, ia memprediksi saat Ahok pun akan menyentil dengan lagu itu.

“Seandainya dia (Ahok) dipojokan dengan lagu Bengawan Solo, di Pulau Seribu pak Basuki katakan ‘jangan percaya dengan lagu Bengawan Solo’,” kata Risa dalam persidangan di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (29/3).

Wanita yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Kajian Representasi Sosial dan Laboratorium Psikologi Sosial Eropa ini juga mengklaim sudah menganalisa rekam jejak Ahok, mulai dari Belitung Timur.

Kata dia, wajar jika Ahok kerap menyadur surat Al Maidah ayat 51. Sebab, sejak di Belitung terdakwa kasus penodaan agama itu memang sudah ‘digoyang’ dengan surat yang ada di dalam kitab suci agama Islam.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby