Ilustrasi Likuefaksi (Foto: Ist)
Ilustrasi Likuefaksi (Foto: Ist)

Padang, aktual.com – Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat menyebutkan potensi likuifaksi ada di sejumlah wilayah pesisir di Sumatera Barat dan kejadian tersebut dapat terjadi jika diawali dengan gempa.

Ketua IAGI Sumbar, Dian Hadiansyah di Padang, Sabtu [22/2] mengatakan pemetaan zonasi amplifikasi gempa dan likuifaksi sudah dibuat oleh Pemprov Sumbar dan untuk penanganan pascabencana saat ini berada di tangan BPBD.

Ia menjelaskan likuifaksi adalah peristiwa keluarnya air tanah dari bawah permukaan yang disebabkan gempa berkekuatan tinggi. Gempa tersebut menyebabkan air tanah keluar dan membuat tanah wilayah di sekitarnya lunak seperti bubur dan membuat sejumlah bangunan amblas ke dalam tanah.

“Hal ini hanya terjadi di wilayah pesisir yang kontur tanahnya terdiri dari sedimen tebal, sedimen ini merupakan endapan batuan yang memiliki pori yang terdiri dari pasir, lumpur dan lainnya,” kata dia.

Ia menegaskan likuifaksi sendiri tidak akan terjadi jika tidak didahului dengan gempa dan beberapa wilayah di Sumbar memang memiliki potensi terjadinya hal itu.

Ia mencontohkan Kota Padang yang berada di wilayah cekungan dan kontur tanah yang terdiri dari sedimen tebal yang berisikan air tanah. Di daerah ini tanah yang digali dengan kedalaman satu setengah meter akan langsung bertemu air tanah.

Ia mengungkapkan beberapa wilayah yang pernah terjadi likuifaksi di Padang adalah daerah bawah jembatan Basko Hotel, Purus, Tabing dan lainnya.

“Pada gempa 2009, LIPI mencatat terjadi likuifaksi di Padang. Sebelumnya beberapa gempa pusatnya di laut berbeda dengan Palu karena pusat gempa di daratan dan tepat di daerah patahan,” kata dia.

Dirinya berharap hal ini BPBD Sumbar dapat melakukan pencegahan dengan memberikan pemahaman terhadap masyarakat akan potensi likuifaksi tersebut.

“Selain Kota Padang beberapa wilayah juga berpotensi seperti wilayah lemah di sekitar patahan Sumatera seperi Sumani dan daerah yang punya air tanah melimpah,” kata dia.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eko Priyanto