Jakarta, Aktual.com — Masyarakat Indonesia perlu mewaspadai terjadinya trombosis, suatu keadaan di mana darah dalam pembuluh mengalami pembekuan, demikian kata Ketua Perhimpunan Trombosis Hematosis Profesor Dr. dr. Karmel Tambunan SpPD-KHOM.
Menurut Prof Karmel Tambunan, trombosis merupakan penyebab penyakit dan kematian tertinggi (60 persen) di negara Barat, seperti Amerika Serikat. Trombosis ini juga menjadi sebab utama penyakit cerebrovaskular (stroke) dan penyakit jantung iskemia, yang menjadi penyumbang kematian terbesar di Tanah Air.
“Trombosis sebenarnya kondisi normal jika terjadi pada kulit yang luka. Namun jika darah membeku di tempat yang salah, yaitu pembuluh darah, dapat menyebabkan kematian,” ujar Karmel dalam sebuah diskusi bertema “World Thrombosis Day” di Jakarta, Selasa (20/10).
Darah yang membeku, lanjut Karmel, dapat terjadi di pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena).
Jika di arteri, darah beku dapat menyumbat aliran darah dari jantung dan menuju otak. Inilah yang menyebabkan stroke dan serangan jantung iskemia.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, tutur Karmel, pada tahun 1997 serangan stroke (cerebrovaskular) adalah sebab kematian nomor satu di Indonesia (11,8 persen), begitu pula di tahun 2007, di mana persentasenya mengalami peningkatan (17,5 persen).
Penyakit jantung iskemia sendiri pada tahun 1997 merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia (8,7 persen) dan pada tahun 2007 juga di tempat sama (5,1 persen).
“Dari kasus stroke dan jantung tersebut, delapan puluh persennya disebabkan oleh trombosis. Ini yang sering menyebabkan kematian tiba-tiba, karena itu disebut ‘silent killer’, gejalanya sangat minim,” kata Karmel.
Sementara itu, jika pembukaan darah terdapat dalam pembuluh vena (disebut dengan trombo emboli vena atau VTE – Venous Thrombo Embolism), maka akan terjadi “deep vein thrombosis” (DVT) yaitu penyumbatan pembuluh darah lazimnya terjadi di kaki dan kalau tidak segera disembuhkan maka dapat terjadi “pulmonari embolism” (PE) atau emboli paru yang menyebabkan sesak napas hingga kematian.
Karmel, yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan gejala DVT dan PE, sama seperti semua kasus trombosis, hampir tidak menimbulkan gejala.
Namun jika bagian kaki mengalami sakit, bengkak (di aslah satu kaki bukan keduanya), kemerahan, pelebaran pembuluh vena di kulit dan kulit terasa hangat bila diraba, ada kemungkinan pasien mengalami DVT.
“Gejala PE bisa ditunjukkan dengan sesak, nyeri dada (terutama jika menarik napas), detak jantung cepat, batuk darah dan kehilangan kesadaran,” ujar Karmel.
Bergejala Dalam kesempatan yang sama, ahli Hematologi dan Onkologi Medik RSCM Dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, menambahkan, hanya sekitar 30 persen kasus trombosis yang bergejala, lainnya tidak.
Tetapi trombosis, terutama VTE, dapat dicegah dengan langkah-langkah yang tepat.
“Sebagian besar dapat dicegah. Caranya seperti bergerak jika telah duduk dan berbaring selama minimal 90 menit, relaksasi tungkai bawah jika duduk dalam perjalanan panjang,” tutur Cosphiadi.
Selanjutnya, pasien harus mengetahui riwayat keluarga tentang pembekuan darah, terutama yang berasal dari keluarga dengan penyakit stroke dan jantung. lalu, jika akan menjalani operasi, diskusikan dengan dokter mengenai pembekuan darah.
“Selalu ikuti instruksi yang diberikan oleh dokter,” kata Cosphiadi.
Artikel ini ditulis oleh: