Jakarta, Aktual.com — Pakar lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Endes N Dahlan, mengatakan, bahwa penanaman pohon tak hanya berfungsi sebagai peneduh tetapi juga menahan penyebaran polusi udara.
“Selain sebagai peneduh, pohon yang ditanam sebagai penghijauan seyogyanya juga mempertimbangkan fungsinya yang lain, yakni memperbaiki iklim mikro serta berfungsi sebagai penahan terhadap penyebaran polusi udara dari kendaraan,” ujar Endes N. Dahlan di Jakarta, Jumat (06/11).
Dia menambahkan diperlukan banyak pohon yang berfungsi sebagai penyerap polusi udara yang dihasilkan kendaraan bermotor.
Akan tetapi saat ini, jumlah pohon yang memiliki banyak fungsi untuk kelestarian lingkungan semakin berkurang. Alih-alih memiliki kesadaran untuk menanam kembali pohon, justru semakin mengurangi populasi pohon yang dampaknya sangat merugikan tidak hanya bagi manusia, tapi juga bagi makhluk hidup lainnya.
PBB mencanangkan Sustainable Development Goals (SDGs) untuk periode 2015-2030. SDGs adalah kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada 2015.
SDGs membahas 17 target untuk mewujudkan kehidupan dunia yang adil, sejahtera, dan damai, yang bebas dari kemiskinan, kesenjangan, keterbelakangan, pandemi, kekerasan, terorisme, dan kerusakan lingkungan hidup serta perubahan iklim.
Target ke-13 SDGs tentang Perubahan Iklim (Climate Change) mengamanatkan untuk mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Di dalamnya terjabar antara lain tujuan untuk memperkuat ketahanan dan kapasitas adaptasi terhadap bahaya terkait iklim serta bencana alam di semua negara.
Kontributor terbesar pemanasan global salah satunya adalah rusaknya hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2. Pohon-pohon yang mati melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.
Sementara itu, pakar hukum lingkungan dari Universitas Airlangga, Suparto Wijoyo, pemanasan global adalah dampak dari revolusi industri.
“Bila pemanasan global terus tidak terkendali, akibat yang dirasakan Indonesia adalah tenggelamnya pulau-pulau di Indonesia,” ujar Suparto Wijoyo.
Dampak nyata dari pemanasan global dapat dirasakan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pulau Jawa yang penduduknya paling padat di antara wilayah pulau-pulau Nusantara lainnya.
Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura) selama ini dikenal sebagai kawasan yang memiliki suhu paling panas. Penyebab teriknya matahari di kawasan ini antara lain tingginya gas karbon dari kendaraan bermotor yang setiap hari melintas. Selain itu berkurangnya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar udara.
Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life, juga mempunyai beberapa program penghijauan dan pencegahan erosi lahan hijau yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan “Menanam Trembesi 1.350 KM Merak-Banyuwangi” yang telah dilaksanakan sejak 2010.
Hingga pertengahan 2015, Djarum Trees For Life telah berhasil menanam 36.763 pohon trembesi, di sepanjang 1.260 km jalur Pantura mulai dari Merak di Provinsi Banten hingga Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Pohon Trembesi yang nantinya tumbuh diharapkan mampu menyerap satu juta ton gas CO2 setiap tahunnya. Hal ini selaras dengan tujuan SDGs, yakni memperkuat ketahanan dan kapasitas adaptasi terhadap bahaya terkait iklim serta bencana alam. Pada 17 Desember 2015, kegiatan “Menanam Trembesi 1.350 KM Merak-Banyuwangi akan mencapai puncaknya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Artikel ini ditulis oleh: