Jakarta, Aktual.com – Ahli kelautan asal Institut Pertanian Bogor (IPB), Alan Koropitan menyatakan bahwa kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh proyek reklamasi Teluk Jakarta, akan sangat berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara ibu kota tersebut.
Menurutnya, proyek 17 pulau ini akan mengakibatkan sedimentasi yang semakin parah, yaitu berkisar 50-60 cm per tahun.
“Kajian dari DHI (2012) menyebutkan sedimentasi akan meningkat menjadi 50-60 cm per tahun di sekitar pulau-pulau reklamasi tersebut,” kata Alan dalam diskusi “Selamatkan Teluk Jakarta” di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Lipi), Jakarta Selatan, Kamis (26/10/).
Ia mengatakan sedimentasi itu terjadi karena keberadaan 17 pulau baru si Teluk Jakarta nantinya akan menyebabkan terjadinya perlambatan kecepatan arus air laut. Selain itu reklamasi pulau menurutnya dapat menurunkan waktu retensi untuk mencuci bahan pencemar yang masuk dari daratan dan sungai.
“Hasil simulasi sebelum dan sesudah adanya pulau reklamasi secara keseluruhan 17 pulau menunjukan semakin lamanya ‘waktu cuci’ alami teluk dalam mengencerkan material yang masuk, dalam hal ini sedimen, logam berat dan bahan organik,” ungkapnya.
Ia menambahkan, dalam dua tahun saja, kedalaman air di sekitar kawasan Teluk Jakarta hanya tinggal 1 meter saja, dibandingkan sebelumnya yang mencapai 2 meter.
Lebih lanjut, ia mengakui jika Teluk Jakarta sudah tercemar oleh berbagai zat. Hanya saja, pemerintah dan pengembang reklamasi akan berperan dalam memperparah pencemaran yang ada akibat reklamasi.
“Jadi memang benar bahwa teluk Jakarta sudah tercemar, tetapi reklamasi 17 pulau akan menambah tingkat pencemaran itu. Penambahan Giant Sea Wall (GSW) juga akan lebih menambah kadar pencemaran dan danau buatan di sebelah dalam GSW tidak bisa diandalkan menjadi sumber air bersih,” jelas Alan.
Selain itu adanya pembangunan Giant Sea Wall berdasarkan kajian Van der Wulp et al (2016) memperlihatkan akan menjadikan ‘comberan’ besar jika tidak ada infrastruktur pengolahan air limbah perkotaan.
“Pembuatan tanggul itu memperparah pembuatan teluk karena itu seperti danau yang seperti comberan,” pungkasnya.
Laporan Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh: