Jakarta, aktual.com – Tim Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) menunjuk Vid Adrison, seorang dosen ekonomi dari Universitas Indonesia, sebagai ahli dalam sidang yang membahas sengketa hasil Pilpres 2024. Dalam presentasinya, Vid menyebutkan hubungan antara isu kemiskinan, program bantuan sosial (bansos), dan kegiatan kunjungan Presiden Joko Widodo dengan dukungan elektoral bagi pasangan Prabow Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
Sidang tersebut berlangsung di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK) yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada hari Senin (1/4/2024), dan dipimpin oleh Ketua MK Suhartoyo.
Vid awalnya menyatakan bahwa masyarakat dengan pendapatan rendah dan tingkat pendidikan yang minim cenderung memiliki pandangan yang sempit (myopic). Menurutnya, pandangan sempit ini merupakan kondisi di mana seseorang atau kelompok tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup.
“Masyarakat yang berpenghasilan rendah atau pendidikan rendah biasanya cenderung myopic, karena mereka fokus untuk memperjuangkan kebutuhan hidup sehari hari sehingga biasanya implikasi jangka panjang terhadap keputusan termasuk pilihan presiden itu memiliki bobot yang rendah,” kata Vid.
“Ada evidence-nya (bukti) nggak? Ada. Kebetulan di Indonesia memang sudah ada melihat hubungan positif bantuan dalam bentuk apapun dengan perolehan suara,” sambungnya.
Ia selanjutnya menunjukkan salah satu indikasi dari hal tersebut adalah data dari survei LSI yang menurutnya menunjukkan bahwa 69% dari penerima bantuan sosial pada tahun 2024 memilih pasangan calon nomor 2.
“Berikutnya mengapa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pengangguran yang rendah tidak efektif meningkatan suara pertahana atau kandidat pertahana, sederhananya masyarakat belum tentu menganggap pertumbuhan ekonomi tersebut hasil kerja pemerintah,” ujarnya.
“Mereka bisa mengatakan bahwa yang baik itu hasil kerja mereka, karena tidak bisa di 100% bisa diklaim, berbeda seperti bansos,” sambungnya.
Dia menjelaskan bahwa ketika kondisi ekonomi negara memburuk, masyarakat cenderung menyalahkan pemerintah atas hal tersebut. Akibatnya, reaksi masyarakat terhadap hal-hal negatif akan lebih besar daripada apresiasi terhadap kebijakan positif yang diimplementasikan oleh pemerintah.
“Bahasa sederhananya adalah perekonomian berjalan secara autopilot. Tapi Harus diingat bahwa ketika kondisi ekonomi buruk, masyarakat berpandangan bahwa itu akibat dari pemerintah. Ini berangkat dari aspek psikologis. Reaksi orang itu selalu lebih besar kepada hal yang buruk dari pada yang baik,” ujarnya.
Kemudian, ia menghubungkan kunjungan kerja (kunker) Presiden Jokowi dengan distribusi bantuan sosial di berbagai wilayah. Vid menyatakan bahwa Jokowi melakukan kunjungan ke 30 kabupaten/kota antara tanggal 22 Oktober 2023 hingga 1 Februari 2024, dan memberikan 44 program bantuan sosial. Menurutnya, setengah dari daerah yang dikunjungi terletak di Jawa Tengah.
“Dengan total bantuan sekitar Rp 347,2 miliar,” kata Vid.
Vid menyatakan bahwa kunjungan tersebut memiliki dampak signifikan terhadap dukungan bagi Prabowo-Gibran. Menurutnya, Prabowo mengalami peningkatan dukungan yang cukup mencolok sebagai hasil dari kunjungan tersebut.
“Ternyata memang ada kenaikan perolehan suara Paslon 02 yang cukup besar jika dibandingan dengan suara Prabowo pada Pilpres 2019 dengan rata-rata kenaikan 32 persen, minimum 6,3% maksimum 66,3%,” ujarnya.
“Kunjungan Jokowi efektif meningkatkan suara Prabowo di 2024. Ada bukti menunjukkan kunjungan Prabowo 2024 menurunkan perolehan suara Ganjar. Kunjungan Prabowo tidak berdampak pada suara Anies. Kunjungan Prabowo 2024 dan suara Jokowi itu semakin memperbesar kenaikan suara Prabowo. Estimasinya di 30 kota ini sekitar 0,1 juta,” imbuhnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain