Jakarta, Aktual.com – Pendiri lembaga kemanusiaan global Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin, menilai kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah memicu energi besar yang menyatukan umat Islam Indonesia.
“Harus dicatat, bagi umat Islam yang notabene penduduk mayoritas negeri ini, kasus Ahok terbukti telah menjelma menjadi energi besar yang menyatukan umat Islam. Isu Ahok menjadi momentum umat Islam memperjuangkan keadilan,” kata Ahyudin, Sabtu (11/2).
Bagi umat Islam pendukung fatwa MUI, Ahok jelas seorang penista Al-Qur’an juga ulama, karenanya harus dihukum. Namun bagi rezim penguasa, Ahok justru dianggap sebagai aset, kepentingan bahkan ideologi yang harus dijaga dan dibela mati-matian.
Akibatnya, umat Islam dan rezim penguasa seolah mengambil posisi berhadap-hadapan, sebagai lawan satu sama lain. “Kondisi yang memprihatinkan,” ucapnya.
Bangsa Indonesia terpolarisasi kedalam dua bagian besar, pro dan anti Ahok. Persoalannya pun telah menjelma jadi isu nasional yang menguras energi bangsa dan dipastikan bakal berdampak serius dan sistemik di masa depan.
“Hitam putih kebangsaan kita seolah bisa ditentukan oleh bagaimana akhir dari drama besar ini. Masa depan negeri akan ditentukan oleh bagaimana para pemangku kepentingan bertarung mengelola isu Ahok sesuai garis kepentingan masing-masing,” paparnya.
Ia pun berujar bahwa kasus Ahok telah bergulir secara liar diluar dugaan dimana kini menjelma jadi sebuah kepanikan diikuti rasa takut berlebihan dari rezim penguasa, takut kehilangan kuasa.
Rezim penguasa mengumbar emosi berlebihan terhadap umat Islam dan para ulama, khususnya pendukung fatwa MUI. Akibatnya, bangsa Indonesia yang besar menjadi rentan dan retak.
“Semua pihak yang berkepentingan untuk menjadikan bangsa ini lemah dan hancur tentu akan memanfaatkan situasi ini,” demikian Ahyudin.
(Nelson Nafis)
Artikel ini ditulis oleh: