Bisakah kita membayangkan, kelak ada menteri yang hatinya membatu dan hanya ngotot berpegang pada niatnya pribadi? Dengan gampang dia mengucapkan kata-kata kotor dan atau menista agama orang lain, lalu berlindung dengan kalimat ‘tidak punya niat menghina’.

Dia juga seperti tidak pernah kehabisan peluru untuk memantik kegaduhan. Kontroversi terbaru datang dari sidang ke-18 yag digelar pada 25 April silam. Dalam pledoi yang konon disusunnya sendiri, Ahok berkali-kali menegaskan bahwa dia bukanlah penista agama. Dia juga mengaku tidak menghina Islam.

Selain itu, mantan Bupati Belitung Timur yang terlibat sejumlah kasus korupsi itu mengidentifikasi dirinya layaknya ikan badut dalam film Finding Nemo. Di film tersebut, Nemo harus berenang sendiri menentang arus untuk menyelematkan banyak ikan lain dari jaring nelayan. Walaupun tidak ada yang berterima kasih kepadanya setelah berhasil, Nemo tidak kecewa.

Manipulatif

Mengidentifikasi diri sebagai Nemo adalah bukti lain sikap manipulatif Ahok. Fakta-fakta selama hampir tiga tahun dia berkuasa justru menunjukkan hal sebaliknya.

Pertama, dia sama sekali tidak sendirian. Dengan berbagai motif dan niat, teramat banyak pihak yang menjadi pendukung beratnya. Bahkan tokoh Malari Hariman Siregar menyatakan negara telah menjadi tim sukses Ahok dalam Pilkada.

Mantan komisoner KPU Chusnul Mar’iyah menyebut Pilkada DKI adalah Pilkada yang paling brutal karena negara dengan segala perangkat birokrasinya terlibat dalam implementasi skenario untuk memenangkan petahana.

Artikel ini ditulis oleh: