Sekjen DPD FPI Jakarta Novel Chaidir Hasan Bamukmin keluar dari ruang persidangan seusai bersaksi dalam sidang kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (3/1). Sidang lanjutan tersebut beragenda mendengarkan keterangan saksi-saksi. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/kye/17

Jakarta, Aktual.com – Sekjen DPD FPI DKI Jakarta, Novel Chaidir mengatakan ormas-ormas Islam telah dijadikan korban dan dipersepsikan sebagai biang kerusuhan. Padahal mereka hanya memperjuangkan hak-nya yang telah dilecehkan.

Menurut Novel, Sejak tahun 2012, FPI terpaksa bersentuhan secara langsung dengan urusan politik praktis karena konten kampanye dari tim pasangan Jokowi-Ahok telah merendahkan keyakinan umat Islam.

“FPI yang awalnya tidak mengurus politik praktis, sejak tahun 2012 turun gunung menyelamatkan demokrasi karena mereka yang memulai unsur SARA. Mereka berkampanye dengan mengatakan ‘ayat konstitusi yes’ dan ‘ayat kitab suci no’,” kata Novel dalam diskusi di kawasan Cikini Jakarta, Sabtu (4/2).

Dengan mengkampanyekan bahwa ayat kitab suci dibawah derajat ayat konstitusi, secara otomatis telah merendahkan derajat agama dan intoleran dalam bernegara.

“Bahkan dikatakan ayat-ayat konstistusi diatas kitab suci, anti kitab suci berati anti agama. Ini cara-cara komunis,” tegasnya.

Oleh karena itu, ujarnya, tentu umat Islam melakukan pembelaan agar tindakan pelecehan terhadap agama tidak boleh terus menerus dilakukan. Namun malangnya umat Islam yang berjuang melalui kantong-kantong Ormas, malah dikampanyekan sebagai biang kerusuhan.

“Bagaimana kami bisa damai kalau Islam di ganggu terus. Saya ini menjadi korban akibat menentang tindakan Gubernur (Ahok) yang dzolim menyerang ayat suci,” tandasnya.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka