Jakarta, Aktual.com – Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang terus menyoroti elektabilitas calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang terus mengalami penurunan, terutama pasca adanya kasus penistaan agama.
Kini, Ahok juga berulah di persidangannya saat menghina dengan sebutan bohong terhadap Rois Aam PBNU sekaligus Ketua Umum MUI, KH Maruf Amin. Kondisi itu diprediksi akan terus menggerus elektabilitas Ahok jelang Pilkada beberapa hari ini.
“Saya melihat, saat ini memang situasi politiknya itu belum stabil untuk Pilkada DKI. Sehingga perubahan situasi politik menjelang tanggal 15 Februari (saat pencoblosan) itu sangat menentukan. Dan tak menguntungkan bagi Ahok yang elektabilitas merosot,” tutur dia seusai acara diskusi soal Pilkada di Jakarta, Sabtu (4/2).
Untuk itu, dia menyarankan, jelang Pilkada ini mestinya harus menjadi momentum bagi paslon jangan berbuat kesalahan. “Karena bagi pemilih untuk menentukan calonnya cenderung ke pilihan nomor berapa itu biasanya di saat-saat terakhir jelang Pilkada,” ujar Salang.
Terkait elektabilitas Ahok sendiri, kata dia, sebelum ada kasus penistaan agama, posisi Ahok selalu nomor satu alias unggul di hampir setiap lembaga survei.
“Tapi setelah adanya kasus penistaan agama ini, elektabilitas Ahok terus banyak turunnya,” jelasnya.
Kata dia, kondisi itu membuktikan, bahwa perubahan masyarakat DKI itu sangat dipengaruhi oleh faktor di luar mereka atau pemilih) tersebut.
“Sepertinya tak hanya faktor politik, tapi juga faktor non politik itu besar sekali peranannya dalam menentukan sikap pemilih,” ujar Salang.
Apalagi kemudian jika tiba-tiba ada tsunami politik, maka bisa berdampak besar terhadap elektabilitas paslon. “Ini yang menurut saya pilkda ini jadi orang semakin penasran siapa pemenangnya? Karena belum bisa dipastikan. Sekalipun elektabilitas Ahok terus turun,” pungkasnya.
Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan