Jakarta, Aktual.com – Debit air Sungai Barito bagian pedalaman wilayah Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, kembali surut sehingga mengganggu pelayaran tongkang bertonase besar bermuatan batu bara.
“Empat hari ini angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar karena air sungai surut,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dermaga Muara Teweh, Muhammad Nurdin di Muara Teweh, Sabtu (21/10).
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.
Ketinggian air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh pada Sabtu sore pada angka 3,29 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
“Saat air normal tongkang bermuatan dan kosong masih bisa berlayar, namun kini sudah tidak bisa sehingga mereka bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito,” katanya.
Kondisi air sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di Kalimantan Selatan itu, sekarang sulit diperkirakan.
Ia menjelaskan surutnya pedalaman Sungai Barito ini juga terjadi pada pertengahan bulan lalu. Meski pada bulan Oktober ini diperkirakan memasuki musim hujan, namun curah hujan masih rendah sehingga Sungai Barito surut.
“Kalau di wilayah hulu terjadi hujan, maka debit pedalaman Sungai Barito naik, namun kalau curah hujan sedikit maka air surut,” ujarnya.
Meski angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka