Selain itu, dari lima provinsi terbesar, Prabowo unggul di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten. Sementara, Ganjar unggul di dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan DKI Jakarta.
Di Pulau Jawa yang meliputi semua provinsi, Ganjar unggul atas Prabowo sebesar 0,1 persen. Dukungan terhadap Ganjar sebesar 45,7 persen, sedangkan Prabowo 45,6 persen.
Di Pulau Sumatera, Prabowo unggul atas Ganjar dengan dukungan sebesar 53,3 persen dan Ganjar 40,0 persen.
Di Indonesia bagian tengah yang meliputi semua provinsi yang ada di Kalimantan dan Sulawesi, Prabowo unggul atas Ganjar dengan selisih sebesar 50,6 persen. Dukungan terhadap Prabowo sebesar 75,2 persen dan Ganjar 24,6 persen.
Di Bali-Nusa Tenggara, Prabowo unggul dengan dukungan 56,2 persen, sedangkan Ganjar 37,9 persen. Sementara, di Indonesia Timur yang meliputi semua provinsi yang ada di Maluku dan Papua, Ganjar unggul dengan dukungan 50,6 persen dan Prabowo 42,8 persen.
Hanggoro menerangkan, setidaknya ada dua hal yang menyebabkan jarak elektabilitas Prabowo dan Ganjar melebar. Pertama, empat blunder Ganjar dan Megawati. Kedua, dua gerakan cantik Prabowo.
“Mengapa disebut blunder? Dalam riset ini, blunder diistilahkan untuk tindakan yang mengurangi tingkat elektabilitas capres. Sedangkan, langkah cantik untuk manuver yang menambah elektabilitas capres,” ungkapnya.
Blunder pertama yang dilakukan Ganjar adalah terkait wawancara Ganjar dengan Deddy Corbuzier yang menyatakan apa salahnya menonton video porno selaku orang dewasa. Hal itu kemudian segera menyebar dan viral menjelang Pilpres 2024, meski itu adalah video lama yang diangkat kembali.
Publik yang menyatakan kurang wajar/tidak wajar sama sekali terhadap capres yang suka menonton video porno mencapai 86,1 persen. Ketidaksukaan publik terhadap video porno, selain karena alasan agama, bisa juga disebabkan karena banyak berita ahli yang menyatakan menonton video porno merusak kesehatan.
Ganjar menyatakan pernyataannya soal video porno itu dipenggal. Tapi banyak media memberitakan berbeda. Contohnya adalah pemberitaan di tempo.co pada 4 Desember 2019. Di artikel tersebut, bahkan menjadi judul, “Ganjar Pranowo: Kalau Saya Nonton Film Porno, Salahnya di Mana?”
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano














