Dahnil Anzar Simanjuntak (tengah), Ray Rangkuti (kiri) dan anggota lainnya yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Keadilan bersama Kepala Biro Humas KPK Yuyuk Andriati (kanan) memberi keterangan pers usai menyerahkan uang senilai Rp100 juta kepada KPK di KPK, Jakarta, Kamis (19/5). Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Keadilan meminta KPK menyelidiki asal muasal uang Rp100 juta yang diserahkan Densus 88 kepada keluarga terduga pelaku terorisme Suyono karena uang tersebut diduga merupakan hasil gratifikasi yang diterima Densus 88. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, menekankan, dalam memilih seorang pemimpin penting kiranya memperhatikan integritas calon bersangkutan.

Salah satu tolak ukur yang bisa dipegang oleh setiap pemilih adalah dengan melihat apakah calon bersama timnya melakukan praktik suap atau money politik atau tidak. Demikian disampaikan Dahnil dari laman Muhammadiyah, Selasa (20/12).

“Sesungguhnya kerusakan suatu Negara itu bukan karena komunisme ataupun liberalisme. Namun karena para pemimpinya sudah kehilangan integritasnya. Kehilangan moralnya. Mereka tunduk pada uang. Mereka sujud pada uang,” katanya.

Menurutnya, uang suap ini akan menjadi akar kerusakan suatu Negara atau daerah. Sebab pemimpin yang mengandalkan pada uang, hanya akan mengabdi pada uang. Dan bila uang yang menjadi Tuan, maka rusaklah suatu Negara atau suatu daerah.

Bila suatu daerah miskin, tidak sejahtera rakyatnya, lanjut Dahnil, itu bukan karena kodrat hidup seseorang. Sebab tidak ada suatu Negara atau suatu wilayah yang ditakdirkan miskin dan rakyatnya tidak sejahtera.

“Tidak ada suatu Negara atau wilayah dimanapun yang diberikan Tuhan langsung makmur atau ditakdirkan miskin. Kemiskinan dan ketidaksejahteraan yang terjadi lebih dikarenakan pemimpinnya yang salah urus,” jelasnya.

Ditambahkan, konstruksi kebudayaan suatu bangsa juga ikut menentukan kemajuan bangsa tersebut. Bangsa dengan nilai-nilai kebudayaan tinggi seperti disiplin, dan komitmen tinggi, lebih berpotensi menjadi bangsa yang besar. Daripada bangsa dengan karakter sebaliknya, tidak disiplin, dan komitmen rendah.

“Oleh karena itu syarat suatu daerah bila ingin maju adalah memiliki pemimpin yang berintegritas dan memilih instrument kebudayaan yang mendukung pembangunan seperti disiplin dan berkomitmen tinggi,” demikian Dahnil yang juga pegiat antikorupsi tersebut.(Soemitro)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid