Ilustrasi: Petani panen padi/Antara
Ilustrasi: Petani panen padi/Antara

Jakarta, Aktual.com – Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Riyanto menilai bahwa kesejahteraan petani perlahan tapi pasti mulai mengalami peningkatan seiring kenaikan nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha petani (NTUP).

 

“Selain itu kenaikan tersebut juga adalah bukti bahwa swasembada sudah di depan mata,” ujar Riyanto dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (1/9).

 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada bulan Agustus 2021 (m-to-m) mengalami kenaikan hingga 104,68 atau naik 1,16 persen. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan subsektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan.

 

Riyanto mengatakan, kenaikan NTP dan NTUP tak lepas dari kinerja jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) yang terus meningkatkan indeks pertanaman, melakukan perluasan areal tanam, menyalurkan benih unggul, memfasilitasi pupuk subsidi, dan membuka akses KUR.

 

“Kementan juga terus berupaya mengubah wajah baru pertanian Indonesia menjadi lebih maju, mandiri dan modern. Hal ini ditandai dengan kemunculan pusat data AWR (Agriculture War Room), teknologi berkekuatan artificial intelligence dan kecanggihan mekanisasi,” katanya.

 

Dikatakan Riyanto, berbagai bantuan dan akses layanan yang diberikan ini mampu mempercepat musim tanam dan peningkatan produksi petani pada setiap kali melakukan tanam.

 

“Saya kira ini adalah capaian yang harus dipertahankan. Namun lebih dari itu capaian ini juga perlu didukung oleh semua pihak, termasuk kalangan akademisi dan praktisi,” tegasnya.

 

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan Kementan terus fokus menjaga produksi. Dia menyebut indikator makro pertanian menjadi tanda semakin membaiknya produksi.

 

“Tentu tekad kita sama terus menjaga kecukupan pangan sendiri. Dari petani bangsa kita sendiri. Maka mohon terus dukungan agar kita mempertahankan swasembada pangan sampai Desember 2021. Karena kita tidak impor beras dalam 3 tahun,” jelas Kuntoro.

 

Kuntoro mengajak semua pihak menjaga produksi beras nasional agar cukup, terutama pemerintah daerah agar terus memotivasi petani dan memberi insentif atau stimulus positif

 

“Kita tentu bangga dan apresiasi petani kita. Tapi kita juga harus terus pastikan produksinya terjaga, dan pasar menyerap hasil panen. Saat ini stok di masyarakat, cadangan Bulog semua aman,” jelasnya.

 

Sebagaimana data BPS, produksi beras pada setiap tahun selalu mengalami surplus. Tahun 2018 misalnya, surplus produksi beras mencapai 4,37 juta ton, selanjutnya 2019 surplus 2,38 juta ton, dan tahun 2020 surplus 1,97 juta ton. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin