Pengendara motor nekat melewati banjir yang merendam Jalan Adinegoro, Padang, Sumatera Barat, Selasa (22/3). Hujan sejak Selasa (22/3) dini hari menyebabkan sungai meluap dan banjir merendam ratusan rumah di kota itu serta memutus akses jalan utama. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Pengamat bidang atmosfer dari Jurusan Fisika Universitas Andalas (Unand) Padang Sumatera Barat (Sumbar), Dr Marzuki menilai banjir besar yang sering terjadi di Padang akibat curah hujan yang intensitasnya semakin tinggi.

“Tidak semata banjir di Padang karena minimnya drainase namun karena tingginya curah hujan sehingga melewati daya tampung di kota,” katanya di Padang, Minggu (30/10).

Menurutnya terjadinya curah hujan tinggi di Padang ini cukup wajar bila kaitannya dengan isu meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi.

Sebab akibat tingginya suhu rata-rata di permukaan bumi, di Samudera Hindia terjadi peningkatan penguapan air ke atmosfer yang menyebabkan semakin banyaknya awan hujan yang terbentuk dan tahap berikutnya akan muncul hujan lebat.

Kota Padang sebagai daerah yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia tentu akan mengalami dampak dari tingginya intensitas hujan tersebut.

Terlebih topografi kota yang beragam mulai dari landai hingga perbukitan amat wajar terjadinya hujan lebat yang potensial banjir.

“Ditambah sedikit perubahan rona daratan dan curah hujan tinggi inilah banjir sangat mungkin terjadi,” tambahnya.

Dalam hal ini kata dia, pemerintah bisa melakukan mitigasi banjir dengan memprediksi waktu yang biasa terjadi hujan setiap harinya.

Menurut evaluasi dan analisisnya curah hujan tinggi terjadi di Padang pada sore hari menjelang malam dan malam hingga dini hari.

Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan akan juga terjadi pada pagi hingga siang hari, bergantung pada angin yang berhembus dari Samudera Hindia membawa awan hujan.

“Ini berdasarkan penelitian dengan membandingkan waktunya dari hari per hari, bahkan bulan per bulan,” ujarnya.

Secara keseluruhan kata Marzuki, satu hal yang menyebabkan Padang dan daerah di Sumatera memiliki cuaca ekstrem yakni karena posisinya.

Menurutnya Indonesia berada pada posisi simpang empat arus angin dunia, yakni dari Barat ke Timur terdapat arus dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang dikenal dengan fenomena El Nino dan La Nina.

Pada arus ke Utara dan Selatan atau sebaliknya terdapat fenomena angin Monsoon, Sumatera yang posisinya hampir tegak lurus tentu akan dilewati kesemua arus tersebut dan potensial muncul angin kencang, badai, hingga hujan lebat.

Hal ini terjadi di wilayah pesisir Sumatera, tak terkecuali di Padang.

Sementara itu berkaitan tingginya curah hujan tersebut Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Geofisika dan Klimatologi Ketaping, Budi Samiadji mengatakan bahwa potensi hujan lebat di Padang dan sekitarnya akan terjadi hingga awal 2017.

Untuk itu dia mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan persiapan dan pencegahan terjadinya hujan lebat yang berpotensi banjir.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka