Purwokerto, Aktual.com – Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr. Wisnu Widjanarko mengingatkan bahwa orang tua perlu secara rutin mengajak anak-anaknya berdialog guna menciptakan komunikasi keluarga yang efektif.

“Orang tua perlu rutin mengajak anak-anaknya berdialog guna menciptakan komunikasi efektif dan makin mendekatkan hubungan antara ayah, ibu dan anak-anaknya,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (29/11).

Wisnu yang merupakan dosen komunikasi keluarga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman itu menambahkan, pada masa pandemi seperti sekarang ini, dialog antara orang tua dan anak perlu makin diintensifkan.

“Orang tua perlu mengapresiasi anak, memahami kegelisahan anak, serta memahami ketidaknyamanan dan kerinduan mereka pada kondisi sebelum pandemi. Menyertai mereka dengan saran tanpa terjebak menasihati berlebihan, tapi lebih ke berdialog,” katanya.

Dia menambahkan pola komunikasi keluarga yang tepat yang perlu dibangun selama masa pandemi adalah pola komunikasi yang demokratis. “Yakni dengan menghadirkan interaksi yang asertif, meluangkan waktu untuk menyimak dan memilih verbal dan nonverbal yang mengedepankan solusi,” katanya.

Dia menambahkan, pandemi bisa menjadi momentum untuk menghabiskan waktu berharga yang lebih banyak bersama keluarga. “Contohnya adalah dengan cara orang tua membersamai anak saat belajar dan aktivitas lain di rumah, menjadi lebih banyak waktu untuk berbagi cerita dengan anak,” katanya.

Sementara itu dia juga kembali mengingatkan mengenai pentingnya komunikasi keluarga dalam upaya membentuk karakter seorang anak. “Komunikasi yang baik antaranggota keluarga akan menciptakan iklim rumah tangga yang positif, sehingga anak akan merasa nyaman dan juga betah di rumah terlebih lagi saat kondisi pandemi seperti sekarang ini,” katanya.

Dia juga menjelaskan, komunikasi yang kurang intensif rentan menyebabkan terjadinya disfungsi komunikasi, baik antara ibu dan ayah ataupun antara orang tua dengan anak.

“Disfungsi komunikasi menjadikan kualitas rumah tangga menjadi rentan, sehingga kondisi rumah tangga menjadi kurang harmonis, iklim di rumah menjadi tidak nyaman, kebersamaan menjadi sesuatu yang sulit terjadi, dan anak bisa merasa tidak ‘happy’ di rumah,” katanya.

Karena itu, kata dia, komunikasi keluarga menjadi penting, misalnya mau saling mendengar, saling memahami sudut pandang masing-masing dan mau menerima perbedaan.

“Membangun komunikasi keluarga terlihat sederhana tapi tidak semudah membalik telapak tangan, harus menjadi pendengar yang baik dan saling memahami dan juga mengayomi,” katanya.

Karena itu dia mendorong para orang tua untuk lebih mengintensifkan lagi komunikasi keluarga bersama anak-anak mereka. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i