Jakarta, Aktual.co — Pengamat ekonomi dari Universitas Mataram Dr M Firmansyah menilai pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen yang ditargetkan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam lima tahun kepemimpinannya tidak realistis.

“Menurut saya, bila dilihat dari faktor eksternal dan internal, harapan itu terlalu melangit,” katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (4/11).

Menurut dia, tim ekonomi Jokowi-JK perlu mengurangi semangat yang berlebihan dalam menatap pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

“Contohlah Tiongkok yang mulai terbiasa dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat, dari 10 persen menjadi 7,5 persen,” ujarnya.

Sebagai acuan, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang ini masih sekitar lima persen lebih. Itu pun karena faktor keberuntungan pemerintahan presiden sebelumnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di mana kondisi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa pada saat kepemimpinannya mengalami pelambatan, sehingga suku bunga menjadi sangat tidak menarik bagi investor di sana.

Di sisi lain, “emerging market” seperti Indonesia menjadi tujuan investor karena suku bunga bank di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara anggota ASEAN lainnya.

“Hal itu menyebabkan Indonesia kebanjiran modal pada saat pemerintahan SBY, meskipun dalam jangka pendek,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka