Ia menuturkan bahwa sikap menentukan hak pilih merupakan tindak lanjut dari penilaian masyarakat dalam memahami orientasi kebijakan dari pasangan calon (paslon) pemimpin yang disampaikan pada masa kampanye.

Tanpa disadari, lanjut dia, pada waktu berkampanye, semua program politik yang ditawarkan sangat bermanfaat bagi kemaslahatan umum. Akan tetapi, wujud nyata dari yang dikampanyekan tersebut masih bersifat misteri.

Maka dari itu, untuk memahami kesesuaian antara kampanye dan perwujudan substansial kampanye tersebut, menurut Suryanto, sangat ditentukan oleh sikap masyarakat dalam menentukan hak pilihnya secara profesional dan rahasia.

Oleh karena itu, menentukan hak pilih dalam pilpres merupakan sikap yang paling dituntut dalam sistem demokrasi di Indonesia.

Kalimat filosofis dari demokrasi sering disebut dengan “one man one vote”, kata dia, mengandung makna bahwa perubahan politik akan terwujud bila rakyatnya turut memberikan hak pilih sebagai warga negara dalam mencapai tujuan negara.

Artikel ini ditulis oleh: