Jakarta, aktual.com – Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Ahmad Suaedy mengatakan fikih peradaban tidak mudah dipahami oleh berbagai pihak, termasuk para akademisi Islam.

“Sebagai gagasan besar, fikih peradaban tidak mudah dipahami dan segera ditangkap oleh berbagai pihak termasuk para akademisi,” kata Ahmad Suaedy dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (26/3).

Guna mengenalkan fikih peradaban kepada masyarakat tersebut, Ahmad mengatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf akan menyampaikan gagasan itu supaya dapat menjadi solusi bagi sejumlah krisis dalam hubungan antarbangsa dan negara.

Presentasi mengenai gagasan fikih peradaban itu akan disampaikan Gus Yahya dalam Seminar Nasional Fikih Peradaban di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Senin (27/3).

“Forum di UIN ini hendak memberikan informasi dan pemahaman termasuk menguji pemikiran fikih peradaban. Maka, forum ini menghadirkan para ahli dan profesor, yaitu ahli geopolitik dan konflik global, ahli politik Indonesia, ahli gerakan Islam internasional, dan ahli hukum Islam,” jelas Ahmad Suaedy.

Presentasi Gus Yahya mengenai gagasan fikih peradaban sebagai solusi atas sejumlah krisis dalam hubungan antarbangsa itu nantinya ditanggapi oleh sejumlah guru besar, seperti ProfAleksius Jemadu, Siti Zuhro, Noorhaidi Hasan, dan Ali Munhanif.

Fikih peradaban santer terdengar menjelang perhelatan Satu Abad Nahdlatul Ulama, setidaknya dalam dua forum internasional, yaitu Forum Agama G20 atau Religion Twenty (R20) dan Muktamar Internasional Fikih Peradaban.

R20 yang digelar di Bali pada 2-3 November 2022 lalu merupakan forum yang dihadiri ratusan pemimpin agama, sekte, dan kepercayaan dari berbagai dunia.

Sementara itu, Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang digelar pada 6 Februari 2023 lalu menjadi ajang diskusi para mufti dan pakar hukum Islam dari berbagai belahan dunia.

Kedua forum tersebut memiliki perhatian yang sama, yakni mendorong agama-agama, termasuk Islam, untuk menjadi bagian dari solusi atas krisis di tingkat global.

R20 mengangkat tema “Mengungkap dan Mengembangkan Agama sebagai Sumber Solusi Global”, sementara Muktamar Fikih Peradaban mengangkat tema “Membangun Landasan Fiqih untuk Perdamaian dan Harmoni Global”.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Rizky Zulkarnain