Jakarta, Aktual.com – Kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi bumerang bagi ekonomi Indonesia. Dikatakan oleh seorang akademisi dari Alumni Diktoral Universitas Kebangsaan Malaysia, Tito Rizal bahwa Indonesia mengalami kerugian lebih dari Rp4 triliun saat Aksi Bela Islam pada 4 November silam.
Dirinya meminta pemerintah mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan yang ada agar kondisi sosial bangsa kembali kondusif. Terkait rencana aksi 2 Desember mendatang, dirinya belum bisa menaksir besaran gesekan ekonomi yang terkena imbas negatif.
“Kerugian secara ekonomi akibat aksi unjukrasa 4 Nopember mencapai Rp4 triliun,” katanya saat menjadi pembicara dialog Dampak Ekonomi Demo 411 di kawasan Cikini Raya Jakarta Pusat, Rabu (30/11).
Adapun angka Rp4 triliun tersebut diasumsikan dari sekitar 20 ribu toko yang tutup dengan omset mencapai Rp25 juta. Kemudian angka pengunjung kafe dan resto mengalami penurunan hingga sebesar 5 persen.
Belum lagi pembatalan berbagai agenda rapat ataupun pertemuan di hotel serta berbagai aktifitas perkantoran, ini dinilai cukup mempengaruhi perlambatan roda perekonomian.
“Nilai transaksi distribusi barang menjadi tertunda mencapai Rp1.6 triliun. Jumlah pekerja yang diliburkan mencapai 510 ribu jiwa. Sedangkan UMKM yang tidak beroperasi 5 ribuan dengan omset masing- masing Rp 2 juta,” tambahnya.
Lebih lanjut paparnya, data BKPM menunjukkan adanya pergerakan investor menunda investasi di Indonesia dengan nilai USD 4.17 miliar.
“Mereka menunda investasi dan menunggu suasana yang kondusif, kalau hukum Ahok belum inkrah, investor masih melihat ada potensi tidak kondusif di Indonesia. Mereka tidak mau melepas modalnya,” tandasnya.
(Laporan: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka