Jakarta, Aktual.com – Merosotnya nilai rupiah atas dollar Amerika membuat kalangan pelaku bisnis perjalanan haji khusus, umrah dan halal travel mau tidak mau mulai menaikkan harga jual paket-paket yang ditawarkan. Pasalanya, hampir sebagian besar, komponen dalam penyelenggaraan program ini menggunakan mata uang dollar Amerika.
“Selain itu, agar kita bisa tetap bertahan dalam menjaga pemasukan untuuk biaya operasional serta menahan biaya-biaya yang belum perlu dikeluarkan agar ada efisiensi,” kata Ketua Umum Syarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (Sapuhi), Syam Resfiadi.
Sebenarnya, kata Syam, selama ini biro travel selalu menetapkan harga dalam mata uang asing (dolar), sehingga pada dasarnnya tetap aman. Hanya saja, daya beli masyarakat turun karena ada kenaikan harga. “Antisipasi lain adalah dengan harga kelas lebih murah,” katanya.
Seperti diketahui, per Kamis (30/8) sore kemaren, dolar tembus hingga Rp 14.729 yang merupakan rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan data perdagangan Reuters, dolar AS pada Kamis (30/8), bergerak di level Rp 14.660 hingga 14.729. Angka tersebut tertinggi dalam tiga tahun terakhir namun masih kalah dari rekor Rp 14.855 yang terjadi pada 24 September 2015. Namun, ini merupakan rekor tertinggi dolar AS di 2018.
Karena itu, Syam meminta para pelaku bisnis travel haji umrah agar sigap dan tanggap dalam mengantisipasi kenaikan dollar agar jangan bermain pasif atau segera lakukan hadging. “Atau dipatok dollarnya sama pihak bank agar harga dalam rupiah tidak perlu naik,” katanya.
Senada dengan itu, Presiden Indonesia Saudi Arabia Business Council (ISABC), Muhammad Hasan Gaido yang mengatakan, kondisi ini mau tidak mau, harus diantisipasi secara cermat. Pasalnya, satu sisi pemerintah memberlakukan penggunakan transaksi dalam bentuk rupiah, sementara hampir 70 persen kebutuhan ‘belanja’ dalam penyelenggaraan haji khusus, umrah dan halal travel ini di luar negeri yang pastinya menggunakan dollar.
“Ini kalau tidak diantisipasi, pelaku usaha biro travel akan mengalami defisit,” katanya.
Namun, Hasan Gaido yang juga dikenal sebagai founderGaido Travel ini juga meminta semua pihak menyikapinya dengan arif dan bijak. Terlebih lagi di era pasar bebas, pelaku industri pariwisata khususnya haji, umrah dan wisata muslim jangan sampai salah langkah menentukan strategi untuk bertahan dan bahkan lebih maju lagi.
Sebelumnya, seperti dikutip sejumlah media, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan tekanan yang terjadi pada rupiah dipicu oleh faktor eksternal. Yakni revisi data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) kuartal II.
“Tekanan terhadap rupiah dipicu oleh revisi data PDB AS triwulan II, dari 4,1 persen menjadi 4,2 persen, langkah PBOC memperlemah mata uang Yuan di tengah negosiasi sengketa dagang AS dan China yang belum tercapai, serta melemahnya mata uang Argentina peso dan lira Turki,” kata Nanang.
Hju.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta