Jakarta, Aktual.com — Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu meluncurkan paket keuangan sebesar 255 juta lira atau setara USD87 juta untuk meningkatkan industri pariwisata yang tengah mengalami kelesuan.

Pariwisata Turki merupakan sektor kehidupan ekonomi yang rapuh pada tahun ini karena menghadapi beberapa kendala ancaman keamanan.

Selama ini negara Turki sangat populer di kalangan wisatawan Jerman, tetapi angka pengunjung jatuh setelah seorang pembom bunuh diri menewaskan 12 orang Jerman di Istanbul pada bulan Januari lalu.

Sementara itu, Moskow telah melarang orang Rusia untuk bepergian ke Turki setelah jet tempur Rusia ditembak jatuh pesawat perang Turki di sepanjang perbatasan Turki-Suriah Oktober lalu. Dan sekarang, kelompok pemberontak Kurdi memperingatkan wisatawan untuk tidak mengunjungi Turki.

Salah satu perusahaan perjalanan terbesar di Eropa melaporkan bahwa statistik permintaan ke Turki turun hingga 40 persen. Salah satu resort terbesar di Turki, Antalya, yang biasa digemari turis Rusia, telah terpukul.

“Banyak perusahaan yang dalam kesulitan serius,” kata konsultan berbasis Istanbul dengan Global Sumber Mitra, Atilla Yesilada, dilansir dari VOA, Jumat (26/2).

“Hingga 1.300 hotel telah dijual di Antalya, kedatangan wisatawan melalui udara turun sebesar 21 persen. Ada benar-benar banyak kesulitan,” tambah Yesilada.

Sedangkan kepala ekonom di Finans Bank berbasis Istanbul, Demir mengatakan industri pariwisata sudah mulai melakukan diversifikasi dari ketergantungan pada wisatawan Rusia.

“Turki sudah pernah membiasakan diri hidup dengan jumlah wisatawan berkurang dari Rusia,” kata Demir.

“Sejak Rusia mengalami krisis keuangan sendiri, permintaan untuk liburan ke Turki telah menurun. Jadi, perusahaan Turki telah memiliki beberapa waktu untuk dapat disesuaikan dengan perubahan ini.”

“Diversifikasi ini telah melibatkan fokus yang lebih besar pada negara-negara Timur Tengah yang kaya minyak; tapi, anjloknya harga minyak dunia berpengaruh,” kata konsultan Yesilada.

“Kami telah menerima peningkatan wisatawan dari negara-negara penghasil minyak Arab dan lainnya, namun pendapatan mereka secara substansial turun,” kata Yesilada.

“Lebih penting lagi, subsidi oleh negara-negara seperti Arab Saudi untuk warga mereka menurun. Itu memiliki dampak moderat pada pariwisata Turki,” tandasnya

Adapun kejadian aksi bom bunuh diri pekan lalu dari bus militer di ibukota Turki Ankara, yang menewaskan 28 orang, kemungkinan akan menambah kesengsaraan pariwisata Turki.

Sebuah kelompok pemberontak Kurdi, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Yesilada mengatakan efek ekonomi dari masalah yang dihadapi industri pariwisata bisa menjadi cukup besar.

“Pariwisata Turki, yang menghasilkan USD35 miliar atau 5 persen dari PDB, bisa mencukur habis satu setengah persen dari pertumbuhan,” kata Yesilada.

“Masalah lain adalah bahwa aspek pariwisata Turki sangat padat karya: Menyerap minimal 2 sampai 3 juta orang muda. Jadi, jika pariwisata turun, lapangan kerja akan turun, serta meningkatkan pengangguran, dan itu akan menyebabkan kerusuhan sosial,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan