Jakarta, Aktual.co — Advisory Board Chairman Mandiri Institute Darmin Nasution mengatakan, akses layanan keuangan yang rendah dapat menyebabkan kontribusi sektor finansial pada pertumbuhan ekonomi Indonesia juga rendah.

Menurutnya, hal itu terlihat pada rasio kredit terhadap GDP yang sebesar 36%, dibandingkan dengan Malaysia 122% dan Thailand 103%. Sedangkan rasio simpanan atas GDP tercatat sebesar 39%, dibandingkan 147% di Malaysia.

“Inklusi keuangan merupakan topik yang penting di Indonesia maupun global, karena peningkatan akses terhadap layanan keuangan dapat mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif,” kata Darmin di Hotel Grand Hyatt Jakarta, Kamis (23/10).

Dikatakannya bahwa saat ini strategi nasional inklusi keuangan di Indonesia terdiri dari Strategi Nasional Financial Inclusion (SNFI) yang dikawal oleh Bank Indonesia (BI) serta Strategi Nasional Literacy Keuangan (SNLK) yang dikawal oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). SNFI mencakup layanan keuangan digital (LKD) sementara SNLK mencakup Layanan Keuangan Tanpa Bank (LAKU PANDAI).

Sebagai informasi, dalam riset Mandiri Institute disebutkan bahwa dari total populasi Indonesia yang mencapai 249 juta jiwa pada 2013, masih terdapat 48% penduduk yang belum memiliki akses ke layanan keuangan. Selain itu, baru 20% masyarakat yang berusia di atas 15 tahun, memiliki rekening di institusi keuangan formal. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai 66% dan Thailand yang tercatat 73%.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka