Jakarta, Aktual.com – Aliansi mahasiswa Gerakan Mahasiswa Bela Rakyat menyatakan bahwa mahasiswa akan berada di garda terdepan dalam aksi 212 jilid 2 yang akan dilaksanakan pada Selasa (21/2). Mahasiswa dianggap dapat melindungi ulama yang rentan terhadap praktik kriminalisasi oleh penguasa.
“Karena hadirnya ulama di barisan depan akan menghadirkan kriminalisasi dan perpecahan seperti yang ada di Suriah. Akan ada pergesekan antara agama satu dengan agama yang lain,” ujar Koordinator Gerakan Mahasiswa Bela Rakyat, Zainuddin Arsyad dalam konferensi pers di Rumah Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Forkal IMM), Jakarta, Senin (20/2).
Zainuddin berpendapat bahwa hadirnya mahasiswa dalam barisan terdepan gerakan 212 jilid 2 dapat meminimalisir upaya-upaya pemelintiran dan pembelokan oleh penguasa maupun pihak lainnya terhadap ulama ataupun tokoh lainnya dalam gerakan mengkritisi pemerintah. Ia pun menyebutkan penangkapan beberapa tokoh pengkritik pemerintah karena dituduh melakukan makar.
Oleh karenanya, Zainuddin pun menegaskan bahwa mahasiswa memiliki peranan yang sentral dalam gerakan yang mengkritisi pemerintahan Jokowi.
“Kalau tokoh militer yang berada di depan, bangsa kita berpotensi perpecahan dalam skala besar, karena akan ada isu pelanggaran HAM yang akan diikutin invasi pihak asing di Indonesia. Tapi kalau mahasiswa yang berada di depan, tidak akan alasan apa pun bagi mereka untuk menyudutkan gerakan ini,” jelas mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Zainuddin pun membantah adanya aktor-aktor politik yang menyokong aliansi mahasiswa ini dari belakang. Menurutnya, aliansi ini terbentuk murni karena adanya kegelisahan mahasiswa di beberapa kampus terhadap kondisi bangsa dan negara Indonesia.
Aliansi mahasiswa akan menurunkan sedikitnya 8.000 mahasiswa yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia dalam aksi 212 jilid 2. Gerakan Mahasiswa Bela Rakyat merupakan aliansi mahasiswa yang terdiri dari dari HMI Jakarta, IMAM Jakarta, Universitas Bung Karno, STIE Jayakarta, Uhamka, Universitas Pamulang, UIN Jakarta, Stibang dan Stiad.
Laporan: Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh: