Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok keluar dari gedung Bareskrim Polri usai memenuhi panggilan di Jakarta, Senin (24/10/2016). Ahok mendatangi Bareskrim Polri untuk memberikan keterangan dan klarifikasi soal kasus dugaan penistaan agama kepada penyidik.

Jakarta, Aktual.com – Komando Gerbong Pemuda dan Mahasiswa Aksi Bela Islam II, Beni Pramula, mengatakan bahwa hari Jum’at, 4 November 2016, akan terukir sebagai peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Dimana Ratusan ribu atau bahkan mencapai jutaan jiwa rakyat akan tumpah-ruah memadati Ibu Kota Jakarta. Mereka datang dari berbagai pelosok dan penjuru negeri.

Dalam keterangannya kepada Aktual.com, Rabu (2/11), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga disebutnya kerap menggusur rakyat dengan tidak manusiawi, serta telah menistakan agama dan merobek persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah kita pupuk lama.

Menurutnya, menjadi mubazir jika rakyat di seluruh penjuru tanah air harus turun ke jalan hanya untuk melawan Ahok. Oleh karena itu, momentum tanggal 4 November hendaknya tidak disia-siakan. Yakni untuk bersama-sama bergotong-royong membenahi negeri yang telah diporak-porandakan oleh kepentingan asing.

“Mari bahu-membahu merebut segala yang telah mereka curi dan rampas dari negeri ini. Usir Nekolim,” tegas beni.

Kepada tokoh politik, pemuka agama, organisasi masyarakat, pemuda, mahasiswa dan rakyat, hendaknya bersatu menjadikan momentum 4 November 2016 sebagai upaya memperbaiki bangsa. Merajut kebersamaan dan menghilangkan ego sektoral. Bagaimanapun perubahan adalah keniscayaan yang harus sama-sama dibuat pada 4 November.

“Mahasiswa, pemuda. saatnya singsingkan lengan baju berada di garda terdepan mengawal rakyat. Jangan biarkan orang tua kita, para ulama dan kiai kita yang angkat panji-panji bendera. Kita harus menjadi benteng, penegak panji, kita harus menjadi pendobrak dibagian depan,” jelas Beni.

Mantan Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah itu menambahkan, dugaan penistaan agama secara tidak langsung menjadi puncak dari berbagai kebijakan Ahok selama ini. Pernyataan itu bisa mengancam dan merusak persatuan dan kesatuan anak Bangsa.

Meski sentimen anti Ahok di Jakarta bukan hanya dipicu oleh kasus penistaan agama, melainkan berbagai kasus lainnya. Dari penggusuran, kasus pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras dan lahan di Cengkareng, megaproyek reklamasi, pembelian Bus TransJakarta dan Kasus UPS.

“Sikap kepolisian yang tidak responsif membuatnya menjadi bola salju yang terus membesar justru menimbulkan kesan diskriminasi,” kata Beni.

Ditambahkan dia, kedekatan dan atau pemihakan kebijakan politik Ahok pada para pengembang etnis China yang menguasai seluruh bisnis perumahan, apartemen dan berbagai bentuk property di Jakarta, membuat sentimen anti Ahok merembet menjadi sentimen anti China dan tidak hanya menguat di Jakarta namun di berbagai daerah di Indonesia.

Dalam skala yang lebih besar, pemerintahan Jokowi juga menyerahkan berbagai mega proyek ke China. Hal itu berbanding lurus dengan melimpahnya buruh China ke Indonesia. Pada gilirannya, dikhawatirkan kebijakan demi kebijakan pemerintah membuat martabat, kemandirian dan kedaulatan bangsa Indonesia tergadaikan.

“Kini rakyat kehilangan rasa amannya, kekhawatiran akan masa depan mereka karena hak-hak asasi yang terus ditindas, diintimidasi dan terancam terusir dari tanahnya. Kesenjangan antara yang kaya dan miskin makin terlihat dan melebar,” terangnya.

Laporan: Soemitro

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby