Jakarta, Aktual.com – Maraknya aksi teror dalam beberapa waktu belakangan menimbulkan pertanyaan besar oleh berbagai pihak. Terlebih aksi teror yang terjadi justru cenderung mengarah pada agama Islam saja.
Pengamat Ekonomi Politik Ichsanuddin Noorsy, menyatakan bahwa aksi teror yang mengarah kepada Islam tidak lain merupakan agenda dari pihak barat yang memang ingin menjatuhkan agama dan umat Islam. Menurutnya, para pemangku kebijakan harus mengetahui duduk perkara ini guna membuat kebijakan yang tepat sasaran.
“Gampang bacanya, seluruh pejabat yang berbicara mengenai terorisme biar memahami dan mendudukkan masalah terorisme itu harus baca National Security Strategic of USA September 2002, Mei 2010 dan 2015. Lalu baca juga dokumen-dokumen rand corporation,” ungkapnya Noorsy ketika dihubungi Aktual, Rabu (5/7).
Menurut Noorsy, agenda tersebut membuat aksi teror yang terjadi pada milennium ketiga ini terus dihubungkan dengan Islam. Padahal menurutnya, agama Islam sama sekali tidak mengajarkan umatnya untuk melakukan aksi terror dalam bentuk apa pun.
“Dalam ajaran Islam yang berdasar Al Quran dan ajaran hadits yang benar, tidak ada namanya pembelajaran teror, perintah teror itu enggak bisa dibenarkan,” jelasnya.
Ia pun mengomentari beragam aksi teror yang menyerang pihak kepolisian dalam beberapa waktu belakangan. Menurutnya, aksi teror ini sangat aneh karena tidak dilakukan pada saat tidak memiliki momentum yang pas.
Lebih lanjut, Noorsy beranggapan bahwa kasus penistaan agama sebagai momentum terbaik jika memang teroris yang beragama Islam melakukan aksinya. Pasalnya, kasus tersebut sendiri dianggap telah melukai hati umat Islam, terlebih para ekstremis Islam.
Noorsy sendiri tidak tampak membenarkan, tapi ia hanya berpendapat berdasar analisa yang sederhana. Oleh karenanya, ia pun mencurigai aksi terror yang terjadi belakangan justru dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang menginginkan kondisi gaduh sekaligus memojokan umat Islam.
“Yang jadi pertanyaan, kenapa terorisme tidak terjadi di saat terjadi kasus penistaan agama islam. Di saat Ahok begitu menistakan agama islam yang diikuti oleh aksi 411, 212, dan seterusnya, enggak ada tuh terorisme,” jelasnya.
“Tapi kenapa sekarang jadi banyak teror? Jadi siapa yang diteror, polisi atau islam yang diteror?” katanya.
Sementara itu, Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, mengkritik kinerja kepolisian yang justru menjadi pesakitan dalam beberapa aksi teror yang terjadi belakangan ini. Menurutnya, kinerja kepolisian yang kurang professional lah yang membuka peluang terjadinya aksi teror.
Oleh karenanya, Pane pun menyarankan agar pihak kepolisian melakukan pembenahan diri terhadap jajaran polisi di tingkat bawah agar bertindak profesional.
“Misalnya kasus di Surabaya, ada inspeksi mendadadak dari atasannya, itu semua polisi tidur semua. Kemudian di Medan, masa enggak ada satu pun polisi tahu teroris masuk, padahal banyak CCTV,” sebutnya.
“Jadi atasan polisi harus menekankan bahwa jajarannya harus disiplin. Ini soal mentalitas,” pungkasnya.
Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan