Jakarta, Aktual.com – Pemerintah tak perlu paranoid dengan gerakan shalat subuh berjamaah yang diinisiasi oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI).
Ketua GNPF MUI, Bachtiar Nasir menjelaskan, gerakan subuh berjamaah merupakan bagian dari revolusi mental, yang sejalan dengan anjuran yang selama ini menjadi slogan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
“Jadi kalau kita berbicara revolusi tidak usah terlalu seram, karena pak Jokowi juga bilang revolusi mental. Jadi kita melanjutkan revolusinya pak Jokowi saja. Tapi mentalnya lebih berisi. Dan dimulainya dari gerakan shalat subuh,” kata Bachtiar dalam konferensi pers yang digelar usai shalat subuh berjamaah di Masjid Pusdai, Jawa Barat, Senin (12/12).
Dijelaskan Bachtiar, gerakan shalat subuh berjamaah ini diharapkan dapat menjadi tonggak revolusi umat Islam, khususnya dalam menggelorakan perdamaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurutnya shalat subuh berjamaah di Masjid menjadi sebuah kebiasaan baik yang harus dibiasakan. Sebab, shalat subuh selama ini menjadi salah satu ibadah tersulit untuk dil aksanakan karena harus dilakukan pada waktu istirahat.
“Tentunya ini (shalat subuh berjamaah) akan jadi kebiasaan baik, insya Allah baik bagi bangsa Indonesia, dan tentu akan menjadi sehat generasi Indonesia,” harapnya.
Sekadar informasi, GNPF MUI merupakan pihak yang membentuk Getakan Subuh Berjamaah, yang dimana kegiatan ini pertama kali dilaksanakan di Masjid Pusdai, Jawa Barat, pagi tadi Senin (12)12). Sekitar 25.000 orang ikut serta dalam kegiatan ini.
Gerakan Subuh Berjamaah ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Koordinator Media GNPF MUI, Ustad Erick Yusuf menyebut ada 212 masjid yang ikut menyelenggarakan.
“212 masjid di seluruh Indonesia menyelenggarakan shalat Subuh berjamaah ini. Tapi saya rasa juga pasti lebih,” kata Yusuf usai kegiatan shalat Subuh berjamaah di Masjid Pusdai, pagi tadi.
M. Zhacky Kusumo
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan