Jakarta, Aktual.com – Pihak GO-JEK merespon secara langsung aspirasi yang disampaikan para peserta aksi yang tergabung dalam Gerakan Hantam Aplikator Nakal (Gerhana). Mereka yang terdiri dari berbagai komunitas mitra pengemudi transportasi berbasis teknologi itu menerima tanggapan dari manajemen GO-JEK.

VP Corporate Communication GO-JEK, Michael Say, menerima langsung kehadiran aksi Gerhana, Rabu (12/9). Sebelumnya, mereka juga melakukan aksi ke kantor GRAB di Lippo Kuningan, Jakarta, Senin (10/09).

Michael berbicara di hadapan para peserta aksi dengan didampingi Dirjen Perhubungan Darat (Hubdar) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi.

“Mitra pengemudi itu memegang peranan penting dalam perkembangan ekosistem GO-JEK dan keberhasilan mitra merupakan kebanggaan tersendiri bagi GO-JEK,” ucap Michael.

Sebagai perusahaan technologi enabler, menurut dia, GO-JEK terus berupaya membantu para mitra memiliki pendapatan berkesinambungan demi meningkatkan kesejahteraan lewat berbagai cara.

“Hal-hal yang sedang kami jalankan adalah program GO-JEK Swadaya, perbaikan kebijakan suspen serta pertemuan rutin dua arah dengan mitra driver seluruh Indonesia,” terang dia.

Komunikasi rutin dua arah yang biasa disebut ‘Kopdar’ itu lah wujud GO-JEK melibatkan para mitra dalam penentuan berbagai kebijakan. Termasuk soal tarif.

Dari ajang tersebut juga GO-JEK mendengarkan aspirasi dan berbagai keluhan para mitra. “Terkait penyampaian aspirasi yang berlangsung saat ini, yang pasti kami selalu terbuka mendengarkan masukan yang membangun demi kebaikan bersama,” tutur dia.

Ada tiga hal yang menjadi perhatian GO-JEK dan ketiganya, disebut Michael, harus dilihat secara menyeluruh yakni kesejahteraan mitra, kepuasan pelanggan, dan keberlangsungan perusahaan.

“Kami juga sudah mengundang perwakilan-perwakilan mitra driver yang hadir hari ini untuk masuk ke kantor kami guna melakukan mediasi, sehingga ditemukan jalan keluar yang terbaik,” imbuhnya.

Humas Aksi, Dedi Heriyantoni, menyatakan selama ini mitra pengemudi baik roda dua maupun roda empat kerap mendapat “hukuman” terutama cap negatif dari penumpang. Akibat berbagai hal, termasuk menolak order. “Padahal menolak order itu karena kami membutuhkan istirahat,” ujarnya.

Hal tersebut terjadi, kata dia, karena belum adanya realisasi aturan dari pemerintah. Padahal, pemimpin tertinggi negara ini yaitu presiden Joko Widodo pasca aksi besar-besaran pada Maret 2018 lalu telah meminta para menterinya untuk memfasilitasi tuntutan pengemudi dan membuat aturannya.

Menanggapi itu, Dirjen Hubdar Budi Setiyadi mengatakan poin-poin tuntutan termasuk dalam regulasi masih dibahas pemerintah. ”Belum lama ini perwakilan pemerintah juga ke Thailand untuk melihat bagaimana aturan di sana,” kata dia.

Budi menjanjikan untuk melibatkan semua pihak dalam penentuan peraturan itu, termasuk dari Gerhana. ”Nanti koodinatornya siapa, kita libatkan. Yang penting di semua aliansi itu satu suara dulu, jangan beda-beda,” tandasnya.

Aksi Gerhana yang berlangsung di halaman kantor pusat GO-JEK, Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan itu berlangsung kondusif. Dimulai sekitar jam 11.00 WIB dan membubarkan diri kurang dari dua jam kemudian.

Artikel ini ditulis oleh: