Jakarta, Aktual.com – Aksi teror yang terjadi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada Jumat (27/11) lalu menuai kecaman publik. Peristiwa itu menyebabkan empat orang tewas, satu gereja dan tujuh rumah jemaat hangus dibakar.

Tak hanya menyerang warga, aksi ini juga disertai perampokan, di mana para pelaku merampok 40 kilogram beras dan mengambil barang-barang milik warga. Aparat kepolisian menduga serangan tersebut dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

Serangkaian teror yang terjadi ini membuat kinerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pun disorotan publik. Bahkan publik juga meragukan kemampuan Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi, Boy Rafli Amar dalam memberantas terorisme di Indonesia.

Ketua Umum Gerakan Pemuda Pembaharu Bangsa (GPPB), Abraham menilai Boy Rafli Amar telah gagal menjalankan amanat Presiden Jokowi dalam memberantas terorisme melalui penegakan hukum yang keras, tegas dan tanpa kompromi dengan memburu dan membongkar jaringan teroris sampai ke akar akarnya.

“Selain itu, menguatnya kembali jaringan teror Poso juga menunjukkan kegagalan Boy Rafli menjalankan perintah Jokowi, agar pendekatan hard power juga dibarengi upaya soft power guna mengeliminasi dukungan masyarakat pada kelompok teror ini,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (30/11).

Abraham juga menyarankan agar Komjen Pol Boy Rafli Amar untuk mundur sebagai Kepala BNPT. Sebab, menurutnya, aksi terorisme yang terjadi di Indonesia kian mengkhawatirkan.

“Sebaiknya, Boy Rafli mundur saja. Masih banyak putra bangsa yang lebih kompenten dalam memberantas terorisme di Indonesia, khususnya jaringan MIT di Poso” ujarnya.

Seperti diketahui, kelompok Ali Kalora yang diperkirakan berjumlah 11-13 orang sudah cukup lama mendiami wilayah pegunungan dan hutan di wilayah Poso hingga Parigi, Sulawesi Tengah. Hal ini pula yang menyebabkan terhambatnya upaya penangkapan kelompok ini, akibat sulitnya medan dan kelihaian kelompok ini menghindari aparat.

Operasi Tinombala yang sudah berlangsung hampir lima tahun gagal menangkap Ali Kalora, pimpinan baru MIT pasca tewasnya Santoso dan tertangkapnya Basri empat tahun lalu. Operasi Tinombala memang dimaksudkan untuk mengikis habis kelompok teror Poso yang awalnya dibangun Santoso dan kini dipimpin Ali Kalora.

Artikel ini ditulis oleh:

A. Hilmi