Ambon, Aktual.com – Aktivis perempuan dan anak, Vivi Marantika mengatakan, program “One Student Save One Family” yang digagas oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) Yohana Yambise jangan hanya penyuluhan.
“Prinsipnya positif sepanjang gerakan meminimalisir kejahatan pornografi di kalangan anak menjadi komitmen banyak pihak, tapi yang harus diperhatikan adalah ‘monitoring’, akhirnya seperti apa, sehingga bisa dipastikan sejauh mana keberhasilannya,” katanya di Ambon, Jumat (26/6).
Vivi yang juga Koordinator Divisi Pendidikan dan Advokasi Himpunan Maluku Untuk Kemanusiaan (HUMANUM) mengatakan, ancaman kejahatan pornografi di kalangan anak Indonesia akhir-akhir ini, tidak bisa dipandang sebelah mata, karena hal itu terjadi bukan hanya karena ketidaktahuan semata.
Karena itu, menurut dia, edukasi dan pengetahuan tentang pornografi bagi anak-anak sangatlah penting, di antaranya, adalah memilih tayangan televisi dan penggunaan media sosial dengan benar.
Dalam hal ini, katanya lagi, orang tua memiliki peranan besar dalam pengawasan dan memberikan masukan-masukan positif terkait itu.
“Prinsipnya jangan hanya sekedar penyuluhan, prosesnya harus alamiah bukan semata-mata memberikan teori-teori tapi dari identifikasi masalah dan pemahaman terhadap konsep,” ucapnya.
Berangkat dari hal itu, kata dia, perlu juga dipastikan indikator rekrutmen mahasiswa yang akan dijadikan sebagai penyuluh dalam program “One Student Save One Family” ke pelosok-pelosok Tanah Air karena mereka harus memiliki kemampuan melakukan pendekatan terhadap keluarga yang disuluhnya.
“Bagi saya mahasiswa adalah ‘pioneer’, agen perubahan, orang muda yang sangat berpotensi untuk mendorong perubahan di masa depan, dari sisi tujuan saya sangat sepakat, tapi harus ada indikator dalam memilih karena ini berkaitan dengan bagaimana mereka mendekati keluarga-keluarga yang tentunya memiliki perbedaan budaya dengan dia,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: