Jakarta, Aktual.com – Pendiri Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), Sudirman Said, melihat kekuatan masyarakat untuk menekan angka korupsi semakin melemah. Salah satu sebabnya, lantaran tidak ada penyulut, yang lama melekat pada aktivis.
Kata dia, dewasa kini bukan banyak aktivis yang masuk dalam roda kekuasaan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap tekanan masyarakat yang menentang perilaku korupsi para penyelenggara negara.
“18 tahun terakhir setelah reformasi, kekuatan civil society semakin melemah. Sejumlah aktivis terserap dalam struktur,” papar Surdirman, dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta, Sabtu (7/1).
Ada dua kenapa perhatian masyarakat terhadap angka korupsi semakin melemah. Pertama, peluang suplai terhadap dana bergeser pada isu lain. Kedua, gejala masyarakat yang lebih realistis dan melihat sesuatu yang konkret.
Kondisi demikian, menurutnya tidak bisa dibiarkan. Meski diakuinya untuk kembali menggerakkan kekuatan ‘civil society’ tidak mudah.
“Harus ada upaya bagaimana membangun kembali kesadaran organisasi masyarakat sipil. Ini pasti tidak mudah, karena atention itu terbagi-bagi,” jelasnya.
Sudirman melihat, sistem pemberantasan korupsi yang hari ini dipakai seharusnya dapat berdampak signifikan. Lalu mengapa angka korupsi tak kunjung merangkak turun? Menurut Sudirman lantaran titik masalahnya bukan dalam sistem tapi ‘mental’ masyarakatnya.
“Sistemnya baik, pelakunya yang harus dibereskan. Pelaku maksudnya, perilaku, integritas, kemampuannya. Contoh, betapa sulitnya kita memperbaiki remunerisasi. Pensiunan saya Rp 1,3 juta, pensiunan menteri, gajinya Rp 19 juta,” tutupnya.
(Zhacky Kusumo)
Artikel ini ditulis oleh: