Jakarta, Aktual.com – Sebanyak enam aktivis Greenpeace ditahan kapten kapal tanker raksasa Stolt Tenacity saat aksi damai menaiki kapal kargo sepanjang 185 meter pengangkut minyak sawit (crude palm oil/CPO) milik Wilmar International di Teluk Cadiz, dekat Spanyol.

Relawan Greenpeace International yang berasal Indonesia, Jerman, Inggris, Prancis, Kanada, dan Amerika Serikat melakukan aksi damai memprotes perusakan hutan di Indonesia dengan menaiki dengan aman dan damai Kapal Stolt Tenacity yang membawa muatan minyak sawit dari Indonesia ke Eropa.

“Kami memiliki keterbatasan kontak radio dengan sukarelawan kami dan telah meminta kapten kapal untuk membebaskan mereka sehingga mereka dapat terus melakukan protes damai terhadap perusahaan seperti Wilmar yang mengirimkan minyak sawit kotor dari perusak hutan ke ‘supermarket’ dan rumah kami,” kata juru kampanye di kapal Greenpeace Esperanza Hannah Martin dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (18/11).

Sebelum ditahan, katanya, mereka berhasil membentangkan spanduk bertuliskan “Save our Rainforest” (Selamatkan Hutan Hujan Kita) dan “Drop Dirty Palm Oil” (Hentikan Minyak Sawit Kotor). Kapten kapal tersebut telah diberitahu melalui saluran radio VHF tentang protes damai dan tanpa kekerasan itu. Namun, ia telah menahan para relawan di salah satu kabin kapal kargo.

Wilmar adalah pemasok utama minyak sawit untuk sebuah perusahaan raksasa makanan ringan, yaitu Mondelez, yang merupakan salah satu pembeli minyak sawit terbesar di dunia dan menggunakan minyak sawit tersebut di banyak produknya yang paling terkenal, termasuk biskuit Oreo, cokelat Cadbury, dan biskuit Ritz.

Investigasi terbaru Greenpeace International menemukan bahwa pemasok minyak sawit Mondelez telah menghancurkan 70.000 hektare hutan di seluruh Asia Tenggara dalam dua tahun dan juga menemukan bukti terkait dengan persoalan kebakaran hutan, mempekerjakan anak-anak, eksploitasi pekerja, penebangan ilegal, hingga perampasan tanah.

“Minyak sawit dapat diproduksi tanpa merusak hutan. Lebih dari satu juta orang di seluruh dunia menuntut tindakan nyata. Sekarang saatnya bagi Mondelez dan merek rumah tangga lainnya untuk mendengarkan seruan kepada mereka untuk menjauhi Wilmar hingga terbukti minyak sawitnya bersih,” kata Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Asia Tenggara yang berada di atas kapal Greenpeace Esperanza Kiki Taufik.

Greenpeace menyerukan kepada Mondelez untuk berhenti berdagang dengan Wilmar sampai minyak sawit yang berasal dari produsen itu dapat dibuktikan tidak lagi menghancurkan hutan atau mengeksploitasi tenaga kerja dan anak-anak.

Kapal kargo Stolt Tenacity membawa minyak sawit dari kilang penyulingan Wilmar di Dumai, Riau.

Berdasarkan data milik Wilmar, kilang itu menampung pasokan minyak sawit Bumitama, Djarum, keluarga Fangiono, dan Gama. Fasilitas Wilmar lainnya memasok satu atau dua dari dua kilang, termasuk kilang Multi Nabati Sulawesi milik Wilmar, yang diduduki oleh Greenpeace pada September 2018.

“Saya berasal dari Indonesia. Saya telah menyaksikan dampak deforestasi terkait ulah perusahaan perkebunan sawit nakal yang menyebabkan kota-kota kami tercekik oleh kabut asap kebakaran hutan. Saya di sini untuk mengirim pesan ke Mondelez bahwa minyak sawit kotor Wilmar telah menghancurkan rumah kami,” kata pemanjat asal Sulawesi Utara Waya Maweru.

Negara di kawasan tropis telah menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca setiap tahun daripada seluruh Uni Eropa, mengungguli setiap negara kecuali Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada Oktober 2018, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyerukan penghentian segera deforestasi untuk membatasi suhu global yang meningkat menjadi 1,5 derajat celcius. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka