“Kalau dari pemaparan yang disampaikan investor memang cukup bagus jika itu benar-benar dijadikan kawasan wisata geopark. Tapi kami belum yakin itu bisa dilaksanakan, karena konsep pembangunannya belum jelas,” katanya.

Ia mengakui sebenarnya dari awal pihaknya menginginkan agar tempat itu menjadi kawasan wisata alam. Tapi dengan munculnya investor sekarang, dikhawatir rencana pembangunan kawasan wisata itu modus dari rencana pertambangan.

Kecurigaan rencana itu sebagai modus dari rencana pertambangan setelah mendengar pihak perusahaan akan melakukan “cut and fill” atau gali dan urug serta hanya membangun gerbang terlebih dahulu, sambil menunggu investor lain yang bisa diajak kerja sama.

“Metode ‘cut and fill’ di sini juga belum jelas. Jangan sampai justru mengangkut batu kapur ke luar. Makanya kami khawatir rencana pembangunan kawasan wisata alam itu hanya sebuah modus,” katanya.

Aktivis Lingkungan lainnya, Nace Permana mengatakan, keseriusan pihak perusahaan dipertanyakan dalam merencanakan pembangunan kawasan wisata geopark.

“Rencana pembangunan tempat wisata itu terkesan hanya menjual konsep, tanpa didukung modal investasi yang memadai,” kata dia.

Secara tegas ia menyatakan menolak jika rencana pembangunan kawasan wisata geopark itu hanya menjadi modus untuk melancarkan kegiatan pertambangan, guna mendukung keberadaan PT Jui Shin.

Terkait dengan rencana pembangunan kawasan wisata geopark yang dicurigai sebagai modus perusahaan, belum ada penjelasan resmi dari pemerintah daerah setempat. Begitu juga dari pihak perusahaan, enggan menyampaikan komentarnya.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: