Sejumlah wisatawan dan masyarakat suku Tengger menuju kawah Gunung Bromo pada Upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (21/7). Upacara Kasada merupakan upacara adat masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang Widi sekaligus meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/nz/16

Surabaya, Aktual.com — Warga diimbau untuk mengosongkan area di rasdius 2,5 kilometer karena aktivitas vulkanik Gunung Bromo, Jawa Timur memiliki tinggi 2393 mpdl.

“Konsekuensi dari kenaikan status siaga, maka masyarakat di sekitar Bromo dan pengujung-wisatawan-pendaki tidak diperbolehkan memasuki kawasan dalam radius 2,5 kilometer dari kawah aktif Bromo,” kata Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Senin (26/9).

Terhitung sejak pukul 06.00 WIB PVMBG menetapkan tingkat aktivitas Gunung Bromo naik dari Level II (waspada) menjadi Level III (siaga). Penetapan status itu merujuk data pengamatan serta analisa data kegempaan, visual dan potensi bahaya erupsi.

Wisatawan tidak menyurutkan keinginannya untuk berkunjung ke Bromo. Erupsi Bromo dapat dimanfaatkan menjadi daya tarik wisata, khususnya untuk melihat keindahan asap letusan yang keluar dari dalam kawah Bromo.

“Tidak perlu ditakuti, asal wisatawan berada pada tempat yang aman yaitu di luar radius 2,5 kilometer. Material vulkanik yang keluar dari kawah Bromo seringkali membentuk berbagai karakter, seperti harimau, wayang, elang, payung hingga munculnya pelangi sesaat setelah dentuman dan kepulan asap keluar dari kawah.”

Menurut dia, wisatawan tetap dapat menikmati keindahan Gunung Bromo bisa dari Pasuruan dapat menuju kawasan Tosari dan Penanjakan. Selanjutnya, pemandangan Bromo dari Probolinggo dapat dilihat dari Ngadasari sementara Bromo dari jalur Lumajang dapat melihatnya dari Argosari B29.

“Justru saat terjadi erupsi maka wisata erupsi dapat dinikmati dari tempat aman.”

BNPB sendiri terus melakukan koordinasi dengan PVMBG, BPBD Provinsi Jawa Timur, BPBD Probolinggo, BPBD Malang dan BPBD Pasuruan untuk antisipasi aktivitas Bromo.

Selama periode 1-25 September 2016, gempa yang terekam tim pemantau adalah gempa tremor secara terus menerus dengan amplitudo maksimum fluktuatif berkisar 0,5-23 milimeter (dominan 1-3 milimeter), gempa hembusan, gempa vulkanik dangkal (VB) dan gempa vulkanik dalam (VA).

Sejak 24 September, kata dia, terjadi peningkatan signifikan jumlah VB yang mencapai 63 kejadian dan kejadian tremor menerus pada Senin sejak pukul 13.00 WIB. Selama periode September 2016 terdengar suara gemuruh dari kawah Bromo, diikuti oleh keluarnya asap tebal dari lubang kawah dengan tinggi 50-900 meter dan teramati sinar api samar-samar hingga jelas dari kawah.

Seismik pada Minggu (25/9), kata Sutopo, menunjukkan tremor vulkanik menerus dengan amplitudo dominan empat milimeter. Aktivitas kegempaan yang didominasi oleh VB, getaran tremor dan deformasi yang menunjukkan kecenderungan inflasi.

“Potensi erupsi magmatik menerus masih dapat terjadi, yang dapat disertai sebaran material vulkanik hasil erupsi berupa hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar) mulai sekitar kawah hingga radius 2,5 km dari pusat erupsi.”

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu