Jakarta, Aktual.com — Kegaduhan demi kegaduhan politik yang belakangan terjadi seperti sudah diperkirakan banyak orang. Termasuk, prediksi tokoh-tokoh ulama yang sebelum Joko Widodo menjadi Presiden menyebut akan terjadi jaman goro-goro.
Akan tetapi persepsi itu sebenarnya tidak terjadi dalam realitasnya di Istana. Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla tetap baik-baik saja. Yang ada adalah persepsi demi persepsi.
Demikian disampaikan pengamat politik dari Negarawan Center Johan Silalahi dalam diskusi ‘Jokowi vs JK dalam Isu Reshuffle Kabinet Jilid II’ di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (8/1).
Diungkapkan Johan, dirinya termasuk orang yang sejak awal mendorong Jokowi dipasangkan dengan JK. Meski keduanya, baik Jokowi maupun JK, sama-sama merasa sungkan untuk dipasangkan.
Sebab selain faktor usia, pengalaman keduanya juga berbeda. Saat JK sudah pernah menjadi Wapres, Jokowi saat itu masih menjadi Walikota Solo Jawa Tengah. Akan tetapi ia terus berusaha menyorongkan kepada Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
“Saya sampaikan ke Bu Mega, Bu Mega suka, lalu lempar ke media, itulah yang saya gulirkan. Alasannya, karena tidak mungkin JK jadi pesaing Jokowi dalam Pilpres 2019. Itu poin utama,” tutur Johan.
Diungkapkan pula, JK pernah menyampaikan pernyataan bahwa dirinya akan belajar menjadi orang Jawa. Itu setelah JK merasa gagal berpasangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Wakil Presiden.
“JK akui ada kegagalan beliau dalam komunikasinya dengan SBY, itu yang menyebabkan beliau pisah. Sekarang pun sama, JK belajar menahan diri, belajar memahami Jokowi yang lebih muda,” demikian Johan.
Artikel ini ditulis oleh: