Jakarta, Aktual.com – Target Presiden Jokowi agar proyek listrik 35 ribu Mega Watt (MW) rampung pada 2019 bakal meleset. Pasalnya, beberapa tender pembangkit listrik yang digelar PT PLN (Persero) sepi peminat.
Paling anyar, menimpa pada lelang PLTMG Scattered 180 MW dan PLTMG Pontianak berkapasitas 100 MW. Meski pengumuman dan pendaftaran sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari, namun hingga batas akhir penyerahan dokumen tender pada 26 Juli kemarin, tidak ada satu pun peserta yang mendaftar.
Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan mengakui bahwa tender tersebut memang tidak ada peminatnya. Dirinya mengakui ada peserta tender, namun karena suatu hal, mereka tak tertarik mengajukan penawaran tender.
“Terkait sepinya tender tersebut, memang sedang kita kaji apa penyebabnya. Peserta memang banyak yang memasukkan, namun karena suatu hal, bisa mereka tidak tertarik untuk ikut tender,” ujarnya kepada Aktual, Jumat (5/8).
Menurutnya, lokasi tender yang berada di PLTMG Scattered 180 MW dan PLTMG Pontianak memang bisa jadi tidak menarik bagi investor. Di lokasi tersebut, bagi investor kemungkinan infrastruktur dan penyediaan gas akan sulit direalisasikan karena tempatnya yang terpisah-pisah.
“Investor tak tertarik mungkin saja karena ketersediaan pasokan gas dan infrastruktur yang sulit. Itu sedang kita kaji,” jelasnya.
Sementara itu, di tender lain seperti Proyek IPP Jawa-1 PLN mengambil tanggung jawab pengadaan gas atau LNG-nya. Kebijakan PLN di proyek Jawa-1 merubah penyediaan gas, sebelumnya disediakan konsorsium menjadi disedikan PLN.
“IPP Jawa I itu berbeda dengan tender di Pontianak dan PLMTG Scatered. Nilai di IPP Jawa I itu besar. Namun kita akan kaji juga untuk di lokasi tersebut,” jelasnya.
Untuk diketahui, PLN memang tidak mempunyai kapasitas dan kemampuan handal dalam penyediaan energi seperti batubara, BBM dan gas serta sumber energi alternatif lainnya secara berkelanjutan. Namun hal tersebut tidak boleh menjadi alasan bagi PLN untuk mengalihkan tanggung jawab penyediaan sumber energi ke para penembang IPP.
PLTMG Scattered menjadi bukti nyata. Meski kapasitasnya 180 MW, namun dengan PLTMG terpisah di 8 titik/lokasi, pasokan bahan bakar gas untuk pembangkit menjadi sangat rumit dan tidak ekonomis.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menyayangkan sepinya peminat PLTMG Pontianak dan Scattered Riau ini. “Padahal sudah melalui proses panjang, tiga kali bolak-balik, tetap sepi peminat,” ujarnya.
Kegagalan ini menambah daftar panjang kegagalan PLN dalam memenuhi terget oleh Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) “Diawali pembatalan tender PLTU Jawa 5 berkapasitas 2 x 1.000 MW,” jelas Yusri.
Menurutnya, Ada kesan PLN tak mau repot-repot membantu pengembang atau investor IPP. Terbukti, PLN mewajibkan pasokan gas untuk dua pembangkit ini harus disediakan oleh peserta tender.
“Sementara di tender lain seperti Proyek IPP Jawa-1 PLN mengambil tanggung jawab pengadaan gas atau LNG-nya,” ujarnya.
Yusri menilai pilah-pilihnya PLN dalam hal penyediaan pasokan gas dalam tender IPP ini menunjukkan perusahaan setrum ini tidak mempunyai konsep yang jelas dan membingungkan para investor pengembang IPP.
“Untuk PLTMG kecil, IPP diminta menyediakan sendiri gasnya. Sedangkan yang besar diambil alih PLN sendiri,” ujarnya.
Dengan syarat seperti itu banyak pengembang IPP bingung dan akhirnya tak berminat ikut serta.
Sebelumnya dikonfirmasi terkait sepinya peminat, Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basyir mengaku tidak tahu menahu. Namun ia mengklaim akan membangun sendiri pembangkit tersebut apabila memang tidak ada peminatnya. “Oh, tidak apa-apa. Nanti dibangun sendiri oleh PLN,” ujar Sofyan di Jakarta, Selasa (2/8).
Terkait penyebab sepinya peminat, Sofyan mengaku belum tahu. Dirinya masih mempelajari lebih lanjut hal tersebut. “Saya baru dengar. Namun, untuk masalah teknis nanti saya tanyakan ke direktur teknis terkait,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka