Presiden RI Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (tiga kanan), Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir (kanan) dan Gubernur NTB, M Zainul Majdi (kiri) saat meninjau pembangunan proyek "Mobile Power Plant" (MPP) 2x25 MW di areal PLTU Jeranjang, Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB, Sabtu (11/6). Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas daya 2x25 MW tersebut dijadwalkan bisa beroperasi secara maksimal pada akhir Juli 2016 untuk menambah kekurangan pasokan listrik di pulau Lombok. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/pd/16.

Jakarta, Aktual.com – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengakui eletrifikasi atau ketersedian listrik di beberapa daerah masih rendah, bahkan untuk wilayah Papua masih di bawah 50 persen. Namun untuk menerangi daerah yang rata-rata masih padam listriknya itu, pihak PLN hanya akan mengandalkan pasokan dari mobile powerplan.

“Untuk sementara waktu hingga enam bulan ke depan, daerah-daerah yang belum teraliri listrik itu akan kami aliri menggunakan mobile powerplan,” tutur Direktur Utama PLN, Sofyan Basyir saat rapat dengan Badan Anggaran DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/7).

Bahkan untuk enam daerah, kata daerah, tingkat elektrifikasinya maaih di bawah 70 persen. Daerah tersebut antara lain wilayah provinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur.

Data dari Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi per wilayah terendah itu adalah, provinsi Papua masih yang paling rendah sebesar 44,40% disusul Nusa Tenggara Timur 57,74%, lalu Sulawesi Tenggara 66,78%, serta Kalimantan Tengah 68,27%.

“Itu masih menjadi PR kami memang. Makanya dalam waktu dekat ini, seperti provinsi di NTT itu akan kami datangkan mobile powerpkan pada November 2016 ini. Kapasitasnya 2×25 mega watt (MW),” lanjut Sofyan.

Di NTB juga, lanjut dia, sebagai daerah yang masih rendah elektrifikasinya akan didatangkan mobile powerplan yaitu kapasitas 50 MW.

Menurut Sofyan, masalah pembangkit listrik memang menjadi kendala PLN, terutama untuk pasokan listrik cadangan. Bahkan beberapa pembangkit yang sudah ada, termasuk di daerah yang elektrifikasinya lumayan baik, masih juga bermasalah.

Dia mencontohkan daerah Sumatera Utara. Di Medan itu sudah ada PLTU, tapi untuk jadikan cadangan itu tidak maksinal. Kapasitasnya cadangan hanya mencapai 20 persen, sedang yang optimal sebesar 30 persen.

“Kalau cadangannya sedikit, begitu listrik padam langsung habis cadangannya. Padahal di Medan ada PLTU kapasitas 700 MW, tapi kurang baik (kondisinya),” tutur dia.

Bahkan, kata Sofyan, di NTT juga sebenarnya sudah ada PLTU. Tapi memang kondisinya lagi-lagi masih belum optimal.

Untuk itu, dia berharap agar program 35 ribu MW itu dapat berjalan lancar. “Kalau program 35 ribu berhasil, maka target rasio elektrifikasi di 2019 sebesar 97 persen dapat tercapai,” klaim dia.

Sejauh ini, berdasar data Kementerian ESDM menunjukkan, ada sebanyak 2.519 desa tidak teraliri listrik sama sekali. Sementara itu ada 12.659 desa yang walaupun sudah mendapat aliran listrik, tapi pasokannya diketahui tidak layak alias kerap terjadi byarpet. (Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka