Jakarta, Aktual.com – Syekh Ibnu Athaillah Assakandary berkata:

تَـنَوَّعَتْ أَجْنَاسُ اْلأَعْمَالِ لِـتَـنَوُّعِ وَارِدَاتِ اْلأَحْوَالِ

Artinya: “Beragamnya jenis-jenis amal disebabkan beragamnya kadar dan kondisi spiritual (ahwal) –yang dialami seorang hamba-.”

Al-Ahwal adalah bentuk plural dari kata ‘al-Hal’ yaitu kondisi hati atau spiritual seorang salik (pengembara spiritual). Ahwal ini tidak besifat tetap dan seringkali berubah-ubah serta sangat berpengaruh terhadap kondisi lahiriah seorang hamba.

Seorang hamba yang kondisi batin atau spiritualnya ada sifat al-Hirsh (tamak) misalkan, maka keadaaan lahiriahnya akan terlihat grasa-grusu, ngotot dan terburu-buru dalam melakukan banyak hal.

Begitupun ketika kondisi batin seorang hamba memiliki sifat al-Shabr (sabar). Dia akan lebih berhati-hati dan tenang dalam menjalankan semua permasalahan yang ia hadapi.

Seorang salik disebut al-‘Abid (seorang ahli ibadah), al-Zahid (seorang yang menjauhi dunia), atau al-‘Arif (seorang yang mengenal hakikat Tuhannya) semua itu tergantung dari kondisi batin yang dimiliki oleh si salik tersebut;
Seorang ‘abid mestilah seorang yang secara batin hatinya terpaut dan rindu akan ibadah; Seorang zahid mestilah orang yang hatinya tidak terpaut dengan kemewahan dunia; Pun seorang ‘arif mestilah seorang yang hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah SWT.

Proses turunnya waridat al-Ahwal (kondisi spiritual) ini terkait dengan kesiapan hati seorang hamba, dalam hal ini adalah kadar lahiriah seorang hamba. Sebagai contoh, dalam al-Quran Allah SWT berfirman:

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا…

Artinya: “Tidak dianugerahkan kebaikan-kebaikan (al-hasanah) itu melainkan kepada orang-orang yang sabar.” .(QS. Al-Fushilat: 35)

Dalam ayat di atas, sabar adalah ahwal si hamba, dan al-hasanah adalah waridat yang dianugrahkan Allah SWT kepadanya.

Dan perlu diketahui, bahwa waridat yang Allah SWT karuniakan kepada seseorang, merupakan penampakan dari jatidiri seorang hamba tersebut.

Seorang yang telah sampai pada tingkatan mursyid misalkan, maka ia akan dikaruniai waridat al-Ahwal (kondisi spiritual) berupa kemampuan untuk membimbing para murid-muridnya kepada Allah SWT, dsb.

Laporan: Mabda Dzikara

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid