Sikap seperti ini disamping dapat menjaga muruah (wibawa) seseorang, juga dapat menjaga jiwa dari hal-hal yang mungkin saja merusak dirinya sendiri.

Namun, ‘uzlah sendiri tidak ada manfaatnya jika tak disertai dengan kegiatan lain, yaitu beribadah dan bertafakkur, melakukan refleksi, merenung, berpikir, serta melakukan aktivitas rohani.

Proses ‘uzlah dan bertafakur merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Ibnu Ajibah memberikan analogi perilah ‘uzlah dan tafakur seperti seorang yang melakukan diet makan dan obat; ‘uzlah ibarat diet, dan tafakur ibarat obat.

Seorang yang sakit, haruslah dapat mengurangi pola makannya agar efek dari obat yang ia minum dapat dirasakan.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid