Jika kita analogikan, sesungguhnya segala macam warna yang tampak di dalam indera kita merupakan cahaya yang membungkus materi. Matahari memancarkan cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda material di sekitar kita dan kemudian diterima oleh mata kita, sehingga benda-benda tersebut nampak dan terlihat.

Di alam semesta ini, cahaya yang bisa dirasakan ada dua macam; pertama, cahaya yang bisa ditangkap oleh indera; kedua, cahaya yang bisa ditangkap oleh akal.

Cahaya dari api yang biasa kita lihat sehari-hari dengan indera kita bisa diibaratkan cahaya pertama. Adapun cahaya pada level kedua sangat halus dan sulit ditangkap oleh indera, namun ia ada dan hanya bisa ditangkap oleh akal. Ia adalah esensi dari cahaya itu sendiri yaitu Pencipta Agung dari api itu sendiri, yaitu Allah Swt.

Allah Swt. lah yang memberikan energi kepada benda-benda metafisik, semimeta dan material di alam semesta ini untuk memancarkan atau memantulkan cahaya.

Api bisa padam secara zatnya bahkan hilang sifat panas yang melekat pada dirinya. Namun hakikat dari api tersebut tetap kekal dan abadi. Itulah cahaya kedua yang hanya bisa ditangkap oleh akal.

Orang-orang khusus (al-Arif billah), melihat alam semesta ini adalah manifestasi dari al-Haq (Tuhan), sehingga mereka tidak dapat melihat apapun di alam semesta ini kecuali Allah Swt.

Laporan: Mabda Dzikara

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid