Pemandangan menunjukkan jalan yang rusak dengan karung pasir sebagai pembatas di distrik Saif al-Dawla Aleppo, Suriah, 6 Maret 2015. ANTARA FOTO/REUTERS/Hosam Katan/File Photo/cfo/16

Jakarta, Aktual.com – Aleppo timur di Suriah yang terkepung tidak memiliki sediaan obat bius dan hanya memiliki enam tempat unit perawatan intensif (ICU) setelah dua rumah sakit berhenti beroperasi akibat serangan udara, seorang dokter dari Masyarakat Medis Suriah Amerika mengatakan pada Rabu (Kamis WIB).

Sejumlah pesawat Rusia atau Suriah merusakkan sebuah rumah sakit besar di Aleppo pada Rabu, kata para pekerja rumah sakit, dan pasukan darat menggencarkan serangan mereka terhadap sejumlah lokasi pemberontak, dalam sebuah pertempuran yang mendekati akhir dalam perang saudara itu.

Serangan yang diluncurkan merusakkan setidaknya satu rumah sakit lainnya dan sebuah toko roti, menewaskan enam orang warga yang mengantri untuk membeli roti dalam kepungan yang membuat 250.000 orang terperangkap dalam kota yang kekurangan makanan itu.

“Kami kehilangan tujuh tempat ICU beserta ventilator. Saat ini di Aleppo timur hanya ada enam tempat ICU,” seorang dokter, Abd Arrahman Alomar, mengatakan kepada wartawan Reuters di Jenewa dalam perjalanannya menemui para pejabat hak asasi manusia dan kemanusiaan PBB.

Rumah sakit M2 yang rusak kemungkinan dapat kembali beroperasi dalam beberapa hari ke depan namun Alomar mengatakan dia tidak tahu berapa lama waktu yang harus ditempuh untuk memperbaiki rumah sakit M10, yang merupakan rumah sakit terbesar di Aleppo timur.

Tempat ICU tersisa itu berada di rumah sakit Al Quds dan M1.

Prioritas utamanya adalah merawat luka akibat perang, termasuk luka bakar dari alat pembakar dan bom “penghancur bunker”, dan 30 orang dokter yang ada di Aleppo timur harus memfokuskan diri mereka untuk perawatan darurat saja.

“Kesehatan mental dan dukungan psiko-sosial tidak dipikirkan sama sekali dikarenakan itu bukanlah sebuah prioritas,” kata dia. “Kami saat ini memiliki lebih dari 200 kasus yang perlu ditangani segera”.

Tidak ada ventilator bagi bayi yang baru lahir maupun perawat yang trlatih untuk menjaga mereka, dan para teknisi menjadi petugas bius, ujarnya, menambahkan bahwa Aleppo timur hanya memiliki satu orang bidan dan dua orang dokter anak.

“Ketahanan” Antibiotik, persediaan ortopedik dan obat-obatan untuk merawat sejumlah penyakit kritis semakin sedikit dan obat-obatan lain telah habis, ujar Alomar.

“Jika itu berlanjut, para dokter bedah tidak akan dapat melakukan operasi,” Alomar mengatakan. “Terdapat juga kekurangan bahan bakar, hanya cukup untuk mengoperasikan rumah sakit itu untuk 24 atau 25 hari lagi”.

Satu-satunya bank darah, yang menyediakan 50 kantong darah tiap harinya beberapa minggu yang lalu, saat ini menghadapi permintaan 300 kantong darah tiap harinya, ujarnya.

Namun Alomar mengatakan bahwa orang-orang yang ada dalam kepungan bekerjasama.

“Saya dapat menyimpulkan perasaan orang-orang di dalam dengans satu kata: ketahanan,” ujarnya.

“Tak ada seorang pun yang suka dengan perang, namun juga tidak ada yang senang dengan kehilangan kebebasan. Mereka yang ada di dalam kota memiliki kesempatan sebelumnya untuk meninggalkan kota dan mereka menolak, mereka memutuskan untuk tetap tinggal dalam kota,” kata dia.

ant

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby